Viena mengingat kembali percakapannya dengan Brody terakhir kali. Di mana Viena menyampaikannya dengan benar sesuai dengan isi hatinya, namun Viena tidak menyangka akan mendapat jawaban dari Brody. Jawaban yang tidak pernah diperkirakan akan dikatakan Brody di depannya. Sekaligus menjadi ungkapan perasaan bagi Viena.
“Apa yang sudah terjadi dengan kita, sudah bukan atas kuasa dari kita sendiri. Semakin lama, aku merasa akan selalu ada sebab, mengapa kita bisa sampai pada titik seperti ini. Aku rasa ini adalah takdir yang harus kita lalui. Yang perlu kamu tahu, aku sepertinya mulai mencintaimu.”
Viena menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia mencoba fokus ke tujuan awal dan sekarang sudah berlalu selama sebulan kebersamaannya dengan Brody, sejak terakhir dia memutuskan untuk mencari tahu dengan cara mengikuti alur Brody.
Semalam Viena dengan sengaja memberitahu Brody, kalau dia sangat ingin mencium wangi dari bunga mawar dan di pagi hari Viena sudah tidak menemukan sosok Brody di sampingnya. Viena tidak menyangka Brody mau memenuhi permintaan anehnya.
Viena keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar Brody. Sebelum itu, dia sempat mengintip-ngintip bak pencuri yang takut ketahuan. Ternyata di luar tampak sepi dan bahkan sosok Mari pun tidak terlihat oleh Viena.
Tanpa perlu membuka lampu, cahaya dari luar jendela sudah masuk dan berperan sebagai pengganti cahaya di dalam ruangan. Viena langsung melangkah masuk ke dalam dan menutup pintu dengan rapat. Dengan segera dia mencari ke berbagai tempat yang ada di dalam ruangan kamar Brody.
Viena mengernyitkan dahi, begitu sadar ada suatu benda yang menarik perhatiannya. Benda itu berada di dalam lemari kaca yang berada di antara deretan botol alkohol yang tertata dengan rapi di sana.
Melewatkan beberapa detik hanya untuk terkesima dengan penglihatannya, Viena kemudian dengan cepat merubah ekspresi menjadi serius. Viena dengan cepat membuka lemari kaca dan mengambil keluar kamera milik Brody.
“Kenapa selama ini aku tidak sadar, ya?” gumamnya.
Viena membuka kamera yang berisi banyaknya cuplikan video dan semuanya berisi tentang Chiko dan Sinta. Viena langsung terkejut, begitu tahu kalau ada suara yang keluar dari kamera milik Brody.
Di dalam cuplikan video ada percakapan intens antara Chiko dengan Sinta. Di mana Sinta kala itu sedang berkeluh-kesah dengan Chiko. Posisi mereka sedang berada di dalam kelas dan posisinya seperti memang sengaja diatur sedemikian rupa.
“Dia akhir-akhir ini selalu sibuk kerja. Aku merasa seperti tidak penting untuknya. Mungkin bagi dia, pekerjaannya selalu menjadi nomor satu dan mungkin aku hanya menjadi nomor yang kesekian. Aku sudah lelah dengan hubungan ini.”
Tampak Chiko tersenyum menggoda. “Gimana kalau kamu sama aku saja?”