Menjadi manusia pada layaknya itu susah, susah banget.
Setidaknya itu yang bisa kalian tangkap dari si hawa, Stella Armandani. Seumur hidup ia memijak pada jalanan aspal dan tanah, menjadi manusia pada layaknya tidaklah semudah itu. Apalagi menjadi murid SMA, rasanya Stella mau jadi debu saja di sudut ruangan.
Gadis tersebut tidak bisa terus menyendiri atau mengasingkan dirinya di sekolah. Itu hanya membuat hidup semasa SMA nya terseret masalah macam dibully dan segala tetek bengeknya. Satu-satunya opsi yang tersedia adalah berbaur dengan murid lainnya tanpa mengeluarkan gelagat mencurigakan, opsi yang telah dilakukannya selama kurang lebih dua tahun ia menjadi murid SMA. Sungguh melelahkan.
Itulah susahnya menjadi The Halves.
Yah, sebutan yang tepat untuk Stella. Kalian tidak salah duga, kok. The Halves, sama dengan kamu adalah setengah manusia.
Tidak, The Halves di dunia ini tidak hanya Stella saja, melainkan tersebar di seluruh penjuru dunia. Eksistensi kaum ini tidak mencolok karena mereka memang sepakat untuk tidak mengumbar identitasnya apapun yang terjadi. Umur The Halves tidak sama dengan umur manusia. Umur kaum ini bisa saja sudah ratusan, atau bahkan ribuan tahun, namun mereka tidak menua. Parasnya hanya seukuran remaja SMA hingga wanita atau pria muda (seperti baru saja melamar kerja).
Ah, penjelasan The Halves tidak sampai sini saja. Kaum ini memang setengah manusia, tapi tebak apa? Kalau kalian kata dongeng dan kawan-kawannya itu tidak nyata, tetot, salah besar. The Halves yang kalian temui bisa saja manusia setengah hewan (entah hewan apapun itu), vampire, penyihir atau witch, fairy, dewa (tapi zaman sekarang sudah langka), bahkan siren atau duyung pun ada. Namun yang paling sering ditemui adalah The Animal Halves, di mana wujud mereka setengah hewan.