THE HEARER

mahes.varaa
Chapter #2

VOICE 1 SUARA KEHIDUPAN

2016

Bau chloroform tertangkap oleh indera penciuman Harsha. Bau yang menyengat dan khas langsung menusuk penciuman Harsha membuat Harsha perlahan mulai membuka kedua matanya. Dengan berat Harsha akhirnya bisa membuka kedua matanya dan melihat dengan jelas. Pandangannya menangkap platform ruangan asing tempatnya berada. 

“Harsha, kamu sudah bangun ?” 

“Syukurlah kamu akhirnya bangun.”

Harsha menatap sumber suara itu dan menyadari pemilik suara itu adalah ibunya. 

“Kamu baik – baik saja? Ada yang sakit? tenang saja, sebentar lagi dokter akan datang kemari dan memeriksa keadaanmu.”

Harsha mengedipkan matanya membalas ucapan ibunya. 

“Sakit. . . . Sakit. . . “ 

“Ibu. . . ibu jangan tinggalkan aku. . .” 

“Kasian sekali anak ini. . . masih sangat muda tapi harus kehilangan ibunya. . .”

“Iya. . . sudah setahun ibunya sakit dan anak itu selalu meluangkan waktunya bersama dengan ibunya setiap pulang sekolah.”

“Dok. . . apakah aku akan mati? Aku tidak mau mati. . . aku masih belum melakukan apapun untuk keluargaku. Aku masih belum meraih semua mimpi – mimpiku. . .” 

Dokter tiba dan segera memeriksa keadaan Harsha. 

“Sementara ini dia dalam keadaan baik – baik saja. . .” jelas Dokter kepada Harsah dan ibunya. 

Syukurlah gadis ini akhirnya bangun dari komanya. . .” 

“Apa aku mengalami koma?” tanya Harsha. 

“Bagaimana kamu tahu, Harsha?” 

“Dokter yang mengatakannya bukan. . .” jawab Harsha, “dokter bilang syukurlah gadis ini akhirnya bangun dari komanya.”

Ibu Harsha langsung mengalihkan pandangannya dari Harsha ke arah dokter yang sedang memeriksa Harsha. Ibu Harsha kebingungan karena merasa dirinya tidak mendengar ucapan dokter seperti yang Harsha katakan. Dokter pun terkejut mendengar isi kepalanya didengar oleh Harsha. 

“Oh iya, Dok.” 

“Ada apa, Nona Harsha?” 

“Sejak bangun dari tidur, telingaku mendengar suara banyak orang. Padahal di dalam ruangan ini tadinya hanya ada saya dan ibu saya. Saya mendengar ada anak yang baru kehilangan ibunya dan juga seseorang yang sepertinya divonis memiliki umur yang tidak panjang. . .” 

Perawat yang berada di samping dokter memasang wajah terkejut dan menjatuhkan laporan yang dibawanya. Dokter yang tadi masih terkejut dibuat terkejut untuk kedua kalinya namun dokter berusaha keras untuk menyembunyikan rasa terkejutnya. 

“Bagaimana dia bisa tahu bahwa kamar di sebelahnya adalah pasien yang baru saja meninggal dan pasien yang divonis hidupnya hanya tinggal tiga bulan karena kanker yang dideritanya?”

“Mungkinkah benturan melukai kepalanya dan membuatnya mendengar beberapa halusinasi? Tidak ini bukan halusinasi. Perkataannya memang tepat, dua kamar di samping kamar ini adalah pasien yang baru divonis berumur pendek karena kanker dan pasien yang baru saja meninggal.” 

“Saya tidak sedang berhalusinasi, Dok,” jawab Harsha ketika mendengar suara dari kepala dokter di hadapannya, “entah bagaimana saya mungkin mendengar suara kepala mereka dan suara kepala dokter.” 

Mendengar jawaban Harsha itu seketika perawat dan dokter yang sedang memeriksa Harsha tidak lagi bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ibu Harsha yang tadinya bingung dan tidak mengerti dengan situasi yang dihadapinya kini memasang wajah yang sama dengan dokter dan perawat di hadapan Harsha. 

“Sepertinya, Putri Ibu perlu melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan kondisinya. . .” jelas Dokter pada Ibu Harsha. 

Lihat selengkapnya