The Hero Commander I - (Ghost of Fluoran)

Eternity Universe
Chapter #29

CHAPTER 27 : Pendekar Pelarian

POV Yudha

Ketika menyadari ada sesuatu yang sangat mengejutkan tentang Nona Chinua, aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada Chengiz.

"Saudara Chen, siapa kalian sebenarnya? Mengapa Nona Chinua bisa sekuat itu? Aku tahu para pendekar bisa memiliki kemampuan luar biasa, tapi sejujurnya, masih banyak hal yang aku tidak mengerti tentang kalian berdua," tanyaku dengan nada penuh keraguan.

Chengiz terdiam sejenak, seakan mempertimbangkan apakah ini saat yang tepat untuk berbicara jujur. Setelah menghela napas panjang, akhirnya ia mengungkapkan sesuatu yang selama ini mereka sembunyikan.

"Maaf karena telah merahasiakannya dari kalian. Namun, kami tidak punya pilihan lain. Sebenarnya... aku dan kakakku adalah pendekar pelarian," ungkapnya dengan hati-hati.

Kata-kata itu membuatku tertegun. Dugaanku mengarah pada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang mungkin lebih gelap dari yang bisa kubayangkan.

"Pendekar pelarian?" ulangku, mencoba memahami maksudnya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuat kalian harus melarikan diri dari negeri kalian?"

Chengiz menelan ludah, ekspresinya berubah tegang. Seakan ada beban besar yang selama ini ia pikul sendirian.

"Ini bukan sesuatu yang mudah untuk dijelaskan..." katanya pelan. "Tapi jika kau ingin tahu, kami bukan hanya pelarian biasa. Kami adalah buronan di dunia persilatan, orang-orang yang dianggap mengganggu keseimbangan dan menantang batasan yang telah ditetapkan oleh negeri kami."

Kata-kata itu membuat suasana semakin sunyi. Aku bisa merasakan atmosfer yang semakin berat, seakan-akan ada sesuatu yang lebih besar yang masih tersembunyi di balik kisah mereka.

Di dunia ini, konsep kekuatan tidaklah seragam. Di wilayah tengah, yang menjadi pijakan kami sekarang, orang-orang mengandalkan energi mana sebagai fondasi utama dalam pertarungan dan kehidupan sehari-hari. Para penyihir memanfaatkan sihir dengan berbagai elemen, mulai dari api yang menghanguskan hingga air yang mendinginkan. Para pendekar pedang mengombinasikan teknik berpedang dengan aliran mana untuk memperkuat serangan dan pertahanan mereka. Bahkan, beberapa ksatria dan prajurit kerajaan pun mempelajari seni sihir tempur untuk meningkatkan kemampuan bertarung mereka di medan perang.

Namun, di timur, konsep kekuatan dipandang dengan cara yang berbeda. Alih-alih mengandalkan mana dan sihir, masyarakat di sana lebih menekankan pada penguasaan tubuh dan energi alami yang mengalir di dalam diri mereka. Mereka menyebutnya sebagai tenaga dalam atau chi, sebuah kekuatan yang diperoleh melalui latihan bertahun-tahun, disiplin, dan pemahaman mendalam terhadap hubungan antara tubuh, jiwa, dan alam semesta.

Orang-orang timur tidak menyebut diri mereka sebagai penyihir atau ksatria. Mereka lebih dikenal sebagai pendekar di dunia persilatan, yang menguasai berbagai teknik bela diri yang diwariskan turun-temurun. Mereka membentuk sekte-sekte bela diri, masing-masing dengan ajaran dan teknik khas mereka sendiri. Beberapa sekte berfokus pada kelincahan dan kecepatan, sementara yang lain mengutamakan kekuatan fisik yang luar biasa atau teknik mengendalikan chi untuk menyerang atau bertahan.

Ada pula mereka yang telah melampaui batas manusia biasa dan memasuki ranah yang lebih tinggi, yaitu Xianxia atau dewa. Para pendekar yang telah mencapai tingkat ini disebut sebagai pengembara abadi, yang mampu menantang batasan dunia fana dengan teknik kultivasi mereka. Mereka tidak hanya mengandalkan tenaga dalam, tetapi juga memanfaatkan energi alam dan hukum dunia untuk mencapai kekuatan yang melampaui pemahaman manusia biasa.

Dengan perbedaan fundamental ini, dunia timur dan tengah memiliki cara pandang yang berbeda dalam memahami kekuatan. Bagi orang-orang di wilayah tengah, barat dan lainnya, kekuatan adalah sesuatu yang berasal dari luar, Mana yang dapat dimanipulasi dan dikembangkan. Sementara bagi orang-orang di timur, kekuatan sejati berasal dari dalam diri, dari pemahaman tentang tubuh, jiwa, dan alam semesta itu sendiri.

Kedua konsep ini sering kali bertemu, tetapi jarang sekali benar-benar sejalan. Sebab bagi pendekar timur, sihir hanyalah ilusi yang dapat dihancurkan dengan pemahaman sejati tentang dunia. Sementara bagi penyihir dan pendekar di tengah, tenaga dalam hanyalah bentuk lain dari energi yang belum sepenuhnya mereka pahami.

Menurut ku kedua konsep ini sama-sama menggunakan Mana. Namun, satu hal yang pasti, di dunia ini, kekuatan bukanlah sesuatu yang mutlak. Ia berkembang sesuai dengan keyakinan, budaya, dan cara pandang mereka yang menggunakannya.

Lihat selengkapnya