The Hero Commander I - (Ghost of Fluoran)

Eternity Universe
Chapter #35

CHAPTER 33 : Gugur Hormat

POV 3

Pertarungan mencapai puncaknya. Leonard, dengan teknik Pelepasan Limiter, terus menghujani Aran dengan tebasan berat. Setiap ayunan pedangnya menghasilkan tekanan luar biasa, memaksa Aran mundur selangkah demi selangkah.

Aran mengangkat pedangnya untuk menangkis, namun dampak serangan Leonard membuatnya nyaris kehilangan keseimbangan. Otot-ototnya menegang, tangannya mati rasa akibat hentakan keras yang terus menerpa.

"Aku akan mengakhiri hidupmu, bocah! Bersiaplah menjemput ajalmu! Serious Death Slash!"

Dengan raungan penuh determinasi, Leonard mengayunkan pedangnya dalam tebasan vertikal yang bagaikan kilat. Udara bergetar hebat, gelombang energi dari serangannya menerjang ke depan, membelah tanah di bawahnya.

Aran mempererat genggaman pada pedangnya. Dalam sepersekian detik, ia memusatkan seluruh kekuatan ke lengannya, lalu mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan itu.

‘TRIIIIINGGG!!’

Dua bilah pedang bertabrakan dengan dentingan memekakkan telinga. Percikan api beterbangan di udara. Tubuh Aran terdorong keras ke belakang, terdorong oleh kekuatan serangan Leonard yang brutal. Ia melayang beberapa meter sebelum punggungnya menghantam batang pohon besar di belakangnya.

‘BRAKK!!’

Batang pohon itu retak, lalu tumbang dengan suara gemuruh. Aran terjatuh ke tanah, bahunya bergetar karena dampak benturan. Darah merembes di sudut bibirnya, namun ia justru menyeringai.

Leonard mempersempit matanya, melihat ekspresi itu dengan ketidakpercayaan.

"Masih bisa tersenyum rupanya?" ia mendengus. "Aku harus mengakui, kau bukan orang biasa. Hanya sedikit yang mampu bertahan dari jurus itu."

Aran mengusap darah di bibirnya dengan punggung tangan. "Pak tua, ketahuilah satu hal… Aku bahkan belum menggunakan separuh kekuatanku."

Leonard tertawa sinis. "Hah! Setelah menerima pukulan sekuat itu, kau masih berani sesumbar? Sungguh konyol. Bangkitlah dan hadapi aku dengan serius!"

Aran menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri, sendinya berderak. "Kau terlalu banyak bicara, Pak tua."

Dalam satu gerakan cepat, Aran melepas jubah dan bajunya, melemparkannya ke samping. Otot-ototnya yang kekar dan penuh bekas luka kini terlihat jelas di bawah cahaya bulan. Ia mengepalkan kedua tangannya, lalu menjejak tanah dengan keras.

"AWAKENING POWER UP!!"

Teriakan itu menggema, memecah keheningan malam.

BLASHHH!!’

Seketika, aura biru menyala dari tubuhnya, berpendar seperti kobaran api. Tanah di bawahnya retak, tekanan energi dari tubuhnya menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan ranting dan dedaunan di sekitar.

Leonard terkejut. Mata pria tua itu membelalak, pupilnya menyempit saat ia merasakan tekanan luar biasa dari kekuatan Aran yang baru saja dilepaskan.

Lihat selengkapnya