The Hero Commander II - (The Judgement of Chaos)

Eternity Universe
Chapter #2

CHAPTER 1 : Ketulusan Hati

"Jadi, kalian tersesat di hutan ini?" tanya Elf itu dengan senyum ramah, suaranya lembut namun penuh rasa ingin tahu. Dia duduk di hadapan kami, di kedalaman hutan Fluoran. Pohon-pohon tinggi menjulang di sekitar, menciptakan bayangan gelap yang bergerak perlahan saat angin malam berhembus.

"Ya, kurang lebih begitu... Haha," jawabku, mencoba tersenyum meski rasa gugup mulai terasa.

"Kami dari kerajaan sebelah. Kami ingin lewat hutan ini untuk mempercepat perjalanan, tapi kuda kami tiba-tiba melarikan diri," kata Syira, menambahkan penjelasan.

Aku dan Syira tetap waspada. Pengalaman mengajarkan bahwa mempercayai orang asing bukanlah pilihan yang bijak. Wajah Elf ini memang ramah, namun sikap baik tak selalu mencerminkan niat baik. Jadi, aku hanya menjawab yang perlu dan menghindari percakapan lebih jauh.

Elf itu menghembuskan napas. "Kalian ceroboh dan terlalu berani. Harusnya tahu kalau hutan ini berbahaya. Tapi tak masalah, aku akan bantu kalian keluar dari sini," katanya sambil tersenyum lebar.

"Wah, terima kasih... Kami sudah cukup lelah. Semakin cepat keluar semakin baik," jawabku dengan sedikit gugup.

Elf itu menawarkan untuk menunjukkan jalan keluar. Tawaran yang terdengar seperti pertolongan yang sangat kami butuhkan.

"Jika kalian tidak terburu-buru, aku bisa menyediakan tempat menginap sementara di rumahku. Meski agak jauh, setidaknya kalian bisa istirahat dan memulihkan tenaga. Perjalanan jauh seperti ini bisa berisiko."

Syira dan aku saling pandang. Tawaran untuk beristirahat di rumahnya terdengar mencurigakan, tapi kami juga sangat membutuhkan bantuan.

"Saya hargai tawaran Anda. Tapi, rasanya kami akan merepotkanmu," kataku, berusaha menolak dengan halus.

"Aku paham, pasti kalian merasa tidak enak. Tidak perlu sungkan, niatku tulus untuk membantu," jawabnya dengan lembut.

Aku dan Syira kembali bertukar pandang. "Sepertinya dia orang baik, Yudha-sama," bisik Syira.

Mungkin memang benar, karena Syira punya intuisi tajam sebagai Demihuman. Intuisi yang sering kali bisa meramal hal-hal di luar nalar.

Aku menepuk pahaku. "Baiklah, kami terima bantuan Anda. Kami memang sangat kelelahan. Bantuan Anda sangat kami butuhkan."

"Bagus, sudah diputuskan. Besok pagi kita ke rumahku!" kata Elf itu dengan senyum lebar sambil menepuk telapak tangannya.

Namun, tiba-tiba dia menatapku tajam, seolah mencoba membaca sesuatu di balik sikapku.

"Ngomong-ngomong, apakah kalian melihat cahaya terang tadi pagi?" tanyanya, nada suaranya kini lebih serius.

Jantungku berdegup kencang. Cahaya terang? Apakah dia merujuk pada cahaya ilahi yang muncul setelah kebangkitanku? Aku tidak menyangka bahwa peristiwa itu menarik perhatiannya. "Cahaya? Entahlah, mungkin kami masih tertidur saat itu," jawabku, berusaha tetap tenang.

Elf itu mengangguk pelan, meski ekspresinya tetap penuh perhatian. "Hmm... Pagi tadi, aku melihat cahaya yang sangat terang dari arah kalian. Aku kira kalian melihatnya lebih dekat."

Aku menelan ludah, sadar bahwa Elf ini lebih memperhatikan daripada yang kukira. Hutan yang semula terasa sepi kini terasa tegang, dan angin yang berdesir membawa firasat bahwa sesuatu besar akan terjadi.

Aku berbisik pelan pada Syira, "Syira, jangan bicara terlalu banyak. Diam saja, biarkan aku yang menjawab. Kalau dia bertanya, jawab seperlunya."

Syira mengangguk. "Baik, Yudha-sama," jawabnya lirih.

Elf itu melirik kami sebentar sebelum kembali menatap api unggun. "Kalian tidak perlu khawatir, aku tidak berniat menyakiti kalian," katanya, suaranya tenang, seakan ingin menenangkan ketegangan kami. "Aku hanya ingin membantu kalian keluar dari hutan ini."

Sikapnya yang tulus sedikit meredakan kecemasanku. Tak ada tanda-tanda niat buruk di wajahnya, dan aku mulai merasa bahwa mungkin dia memang bisa dipercaya.

"Ah, tidak... Kami hanya sedikit waspada," kataku hati-hati. "Jika Anda berniat baik, kami akan menerima bantuan Anda dengan terima kasih."

Elf itu tersenyum. "Kewaspadaan adalah hal yang bijak. Aku menghormati itu. Percayalah, aku hanya ingin memastikan kalian aman," ujarnya dengan penuh keyakinan.

Kata-katanya membuatku sedikit lebih tenang, meskipun kewaspadaanku tetap ada. Namun, rasa penasaran tentang siapa sebenarnya Elf ini semakin menguat. Apa yang dia tahu tentang cahaya yang kulihat pagi tadi?

Elf itu memandangi kami dengan tatapan intens, seakan mengamati setiap detail penampilan kami. "Pakaian kalian agak... tidak biasa," ujarnya dengan nada curiga.

Lihat selengkapnya