Bab 2: Pertemuan Yang Tak Terduga
Perpustakaan Saint Claire yang megah memiliki suasana khas—tenang, dengan aroma buku lama bercampur udara segar dari jendela yang terbuka setengah. Pagi itu, Sarah duduk di meja favoritnya. Cahaya matahari masuk melewati tirai tipis, menciptakan siluet lembut di atas meja. Buku-buku biologi dan kimia terbuka di hadapannya, namun pikirannya tak sepenuhnya fokus.
Ia mengingat kejadian kemarin sore, saat Dimas mengembalikan catatannya. Cara Dimas berbicara, tanpa pretensi dan basa-basi, berbeda dari siswa lain yang sering berusaha mengesankan dirinya. Ada ketulusan yang terasa aneh tapi menarik.
"Kenapa aku mikirin dia terus?" gumam Sarah sambil menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran itu.
Namun, takdir sepertinya memiliki rencana lain.
Di sisi lain perpustakaan, Dimas masuk dengan santai. Hari itu, ia membawa buku sketsa dan pensil mekanik favoritnya. Meski perpustakaan bukan tempat yang sering ia kunjungi, suasana sunyi di sana selalu berhasil membuat pikirannya lebih tenang.
Ia berjalan melewati deretan rak buku, mencari meja kosong yang jauh dari keramaian. Tapi pandangannya terhenti ketika melihat Sarah duduk sendirian di sudut ruangan.
"Ah, anak populer itu lagi," pikirnya sambil menghela napas pelan.
Dimas tak berniat mengganggunya, tapi langkah kakinya tanpa sadar membawa dirinya lebih dekat. Sebelum ia menyadari, ia sudah berdiri di dekat meja Sarah.
"Hei, catatan kemarin masih aman, kan?" tanyanya santai.
Sarah mendongak, sedikit terkejut mendengar suara itu. "Oh, iya, masih. Terima kasih lagi, ya. Kalau nggak ketemu, aku pasti panik banget."
Dimas mengangguk kecil, senyum tipis muncul di wajahnya. "Baguslah. Ngomong-ngomong, kamu sering ke sini?"
"Iya, hampir setiap hari. Tempat ini kayak... pelarian kecil dari semua kesibukan," jawab Sarah, sedikit terkejut dengan dirinya sendiri yang tiba-tiba terbuka.
Dimas tertawa kecil. "Pelarian dari apa? Kamu kan kelihatannya punya semuanya."
Kalimat itu membuat Sarah terdiam sejenak. Tatapannya berubah, ada sesuatu di balik matanya yang membuat Dimas merasa sedikit bersalah.
"Aku mungkin terlihat begitu," jawab Sarah pelan, suaranya nyaris tak terdengar.