The Hidden of Us

Aqiel Hilmy Irawan
Chapter #5

Bab: 5

Bab 5: Meniti Jembatan


Pagi yang cerah menggantikan malam penuh kebingungan bagi Sarah. Ia bangun lebih awal, dengan pikiran yang masih dihantui oleh percakapan singkatnya dengan Dimas di lapangan olahraga kemarin.


"Semua orang punya rahasia, kan?" Kata-kata Dimas terngiang di benaknya, menciptakan rasa penasaran yang tak kunjung reda.


Di meja belajarnya, buku-buku berserakan tanpa sentuhan. Fokus Sarah pagi itu tidak pada tugas sekolah, melainkan pada satu hal: memahami Dimas. Apa rahasia yang ia simpan? pikirnya.


Di tempat lain, Dimas sedang berjalan menuju sekolah dengan langkah santai. Tangan kanannya memegang ransel yang ia gantung di bahu, sementara tangan kirinya memegang sketsa kecil yang ia gambar semalam. Burung kecil dalam gambar itu tampak seperti terbang dari ranting-ranting yang patah.


“Kenapa aku cerita soal tato itu ke dia?” gumam Dimas sambil menghela napas. Ia tidak biasa membuka dirinya, apalagi soal sesuatu yang berarti dalam hidupnya.



---


Di sekolah, kelas dimulai seperti biasa. Tapi untuk Sarah, hari itu jauh dari kata biasa. Ia memutuskan untuk mendekati Dimas, berharap bisa mengenalnya lebih baik. Setelah bel istirahat berbunyi, ia langsung mencari sosok Dimas di kantin.


“Dimas!” panggil Sarah ketika melihatnya duduk sendirian di pojok.


Dimas mendongak, sedikit terkejut melihat Sarah mendekatinya. "Ada apa?" tanyanya datar, tapi matanya menatap tajam, mencoba membaca maksud Sarah.


"Aku mau minta bantuan," jawab Sarah dengan nada serius.


Dimas mengangkat alis. "Bantuan apa?"


Sarah menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Tugas kelompok. Aku butuh orang yang bisa bantu gantiin aku untuk presentasi. Aku... sedang terlalu sibuk akhir-akhir ini."


Dimas menyipitkan mata. "Kenapa aku?"


Sarah menggigit bibir, mencoba mencari alasan yang masuk akal. "Kamu pintar, dan aku pernah lihat kamu ngomong bagus waktu diskusi di perpustakaan."


Dimas terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. "Pintar, ya? Itu pertama kalinya aku dengar seseorang bilang aku pintar."


Sarah sedikit tersipu. "Aku serius, Dimas. Kamu bisa bantu aku?"

Lihat selengkapnya