The Hidden

adinda pratiwi
Chapter #7

Kegagalan

Saat mereka tiba di desa, mereka disambut oleh warga yang menunggu kedatangan mereka. Suasana di balai desa penuh dengan aura kepedihan dan keheningan yang terasa begitu dalam. Beberapa dari mereka saling melemparkan pandang, mengungkapkan rasa khawatir dan keputusasaan mereka. Ada yang meraih tangan temannya dengan penuh dukungan, sementara yang lain menundukkan kepala dalam doa untuk kekuatan dan perlindungan.

Di tengah keheningan tersebut, mereka semua merasakan beban dan tanggung jawab yang sama untuk mencari cara baru menghadapi tantangan besar yang mengancam desa mereka.

"Delvina, kami semua merasakan kehilangan yang sama," kata seorang tetua desa dengan lembut, berusaha menghibur. "Tetapi kita tidak boleh menyerah. Kita harus terus berjuang, seperti yang selalu diajarkan oleh Mbah Westu."

Delvina mengangguk perlahan, meskipun hatinya masih dipenuhi kesedihan. Dia tahu bahwa mereka harus terus berusaha, namun saat ini, rasa frustasi dan putus asanya terlalu besar untuk ditahan. Dia membiarkan dirinya menangis, membiarkan semua emosi itu keluar, berharap bahwa dengan menangis, dia bisa menemukan sedikit kekuatan untuk melanjutkan perjuangan mereka.

Delvina duduk di antara para penduduk, wajahnya terlihat kehilangan dan penuh dengan kesedihan yang mendalam, memegang keris warisan leluhurnya dengan erat. Dia merenung dalam-dalam, mengingat janjinya untuk menyelamatkan Mbah Westu, sambil berusaha menahan air mata yang ingin keluar, dan menguatkan diri agar tetap tegar.

"Kita butuh rencana yang lebih kuat," ucap petua dengan suara tegas namun penuh pertimbangan. "Kita tidak bisa menghadapi kekuatan gelap itu dengan cara yang sama." anggota lainnya mengangguk setuju dengan saran petua.

"Kita perlu meminta bantuan lebih banyak roh pelindung dan leluhur," tambah salah satu petua desa dengan serius. "Mbah Westu telah memanggil bantuan dari dimensi lain, kita harus memperkuat ikatan spiritual kita untuk menjaga desa kita."

Petua memberikan pidato singkat yang penuh inspirasi, mengingatkan semua orang tentang pentingnya persatuan dan ketabahan di saat-saat sulit seperti ini.

"Saat ini adalah ujian bagi kita semua," ucap petua dengan penuh keyakinan. "Kita harus percaya pada kemampuan kita sendiri dan pada bantuan yang akan kita terima dari dunia spiritual. Bersama-sama, kita pasti bisa menyelamatkan Mbah Westu dan menghadapi makhluk-makhluk itu." Para penduduk desa mengangguk dengan semangat yang baru tumbuh.

Setibanya di rumah, Delvina membuka pintu dengan tangan gemetar. Suasana rumah yang biasanya hangat dan penuh kedamaian kini terasa kosong dan dingin. Bayangan Mbah Westu yang biasanya duduk di pojok ruangan dengan senyum bijaksananya tidak ada lagi. Kenyataan bahwa dia tidak bisa menyelamatkan kakeknya menghantam hatinya dengan keras.

Lihat selengkapnya