The Hidden

adinda pratiwi
Chapter #9

Musafir

Keesokan harinya, Delvina, Mbah Sartika, dan adik bayinya, Arsena, bersiap-siap untuk perjalanan mereka. Mereka mengumpulkan bekal dan peralatan yang diperlukan, termasuk kitab dan peta yang ditemukan Delvina. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan penuh dengan tantangan dan bahaya, tetapi mereka tidak menyerah.

"Delvina, sudah siap semuanya?" tanya Mbah Sartika sambil memeriksa tas mereka.

"Sudah siap, Mbah," jawab Delvina mantap. Dia merasa beruntung memiliki Mbah Sartika yang selalu mendukungnya dalam setiap petualangan.

Saat fajar mulai menyingsing, mereka meninggalkan Desa Pelinggih dengan hati-hati. Langit terbuka luas di atas mereka, menerangi jalan setapak yang dipenuhi dedaunan dan akar pohon yang menjuntai di sekeliling. Dengan tekad bulat, mereka melangkah berharap menemukan bantuan yang diperlukan untuk menyelamatkan Mbah Westu dan melindungi desa mereka.

Seluruh warga desa berkumpul di depan pintu keluar, mengiringi kepergian mereka dengan pandangan harap-harap cemas. Mereka mendoakan keselamatan dan kesuksesan bagi Delvina dan Mbah Sartika. Petua Desa Pelinggih meyakini bahwa Delvina bisa menyelamatkan Mbah Westu dan desa berkat keberaniannya.

"Jangan lupa, Delvina," kata petua desa dengan suara penuh wibawa, "kekuatan gelap selalu mengintai. Tetap waspada dalam setiap langkah kalian."

"Terima kasih, Petua. Kami akan berhati-hati," jawab Delvina dengan tegas.

Perjalanan mereka membawa mereka melewati hutan lebat dan medan sulit. Setiap langkah terasa berat, tetapi mereka terus maju dengan semangat yang tidak pernah padam. Mereka menghadapi berbagai rintangan, termasuk makhluk jahat yang mencoba menghalangi mereka. Namun, dengan keberanian dan keteguhan hati, mereka berhasil mengatasi setiap tantangan.

"Delvina, lihat itu!" seru Mbah Sartika sambil menunjuk ke arah sebuah bayangan yang bergerak cepat di antara pepohonan.

"Ssst... tetap tenang, Mbah. Kita harus waspada," bisik Delvina, menenangkan Mbah Sartika dan dirinya sendiri.

Sementara itu, Arsena, yang menggemaskan, terus tertidur nyenyak dalam gendongan Delvina. Sentuhan hangat bayi itu memberi kekuatan ekstra bagi Delvina dan Mbah Sartika di tengah kegelapan hutan yang penuh misteri.

Delvina memimpin perjalanan ke arah utara, menjauhi perbatasan Desa Pelinggih. Meskipun energi kejahatan di perbatasan belum sepenuhnya menguasai seluruh Desa Pelinggih, mereka memutuskan untuk melanjutkan ke desa lain.

Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di Desa Sambula, sebuah desa kecil di luar perbatasan. Meskipun tampak tenang, Delvina merasakan kehadiran kekuatan spiritual yang kuat di sana.

"Kita sudah sampai, Delvina. Semoga kita menemukan bantuan di sini," kata Mbah Sartika dengan nada lega.

Mereka diterima dengan hangat oleh seorang pria tua bijaksana yang memperkenalkan dirinya sebagai penjaga desa.

"Selamat datang di desa kami. Aku telah mendengar tentang perjuangan kalian dari angin malam," kata petua desa dengan suara lembut namun penuh wibawa.

Delvina menceritakan segalanya kepada pria tua itu—tentang Desa Pelinggih, ancaman yang mereka hadapi, dan misi mereka untuk menyelamatkan Mbah Westu. Pria tua itu mendengarkan dengan seksama, lalu mengangguk perlahan.

"Kalian telah melakukan perjalanan yang panjang dan berbahaya. Aku akan membantu kalian dengan segala cara yang aku bisa," kata petua desa.

Lihat selengkapnya