Keesokan paginya, mereka masuk ke mobil dan memulai perjalanan panjang menuju rumah Delvina. Jalan berliku dan pemandangan asri mengiringi perjalanan mereka. Akhirnya, mereka tiba di halaman rumah klasik yang memukau. Rama mengetuk pintu, dan mereka disambut oleh seorang nenek yang ramah dengan senyum tulus.
"Kami dari tim The Hidden. Aku Rama, ini Adit, Kevin, Risna, Icel, dan Indra. Apakah ini rumah Delvina?" tanya Rama dengan sopan.
Mbah Sartika mengangguk dan mengundang mereka masuk dengan gerakan tangan yang anggun. Mereka duduk di ruang tamu sederhana yang dipenuhi ornamen klasik, sementara Icel memperhatikan detail ornamen dengan mata kagum.
"Silakan tunggu, Mbah akan buatkan minuman dulu!" kata Mbah Sartika sebelum pergi menuju area dapur.
Mereka duduk rapi, suasana awalnya canggung. Tak lama kemudian, Mbah Sartika kembali dengan nampan berisi teh dan cangkir, menciptakan kehangatan yang perlahan mencairkan suasana tegang.
"Cucu Mbah sedang keluar. Sebentar lagi pulang, ditunggu ya!" kata Mbah Sartika dengan senyum lebar, menenangkan tamu-tamunya.
Adit tersenyum kecil. "Baik, Mbah."
"Mbah baru tinggal di sini?" tanya Icel, memperhatikan pakaian Mbah Sartika yang anggun dengan khas kebaya.
"Iya, hampir seminggu," jawab Mbah Sartika dengan tenang.
"Dari mana sebelumnya?" tanya Icel lagi, penuh rasa ingin tahu.
"Nanti Delvina yang cerita. Nikmati dulu tehnya!" kata Mbah Sartika, mengalihkan pembicaraan dengan bijak.
Kelvin mulai minum teh. "Mbah, aku minum tehnya," katanya sambil mengambil cangkir yang sudah terisi teh.
"Silakan, tehnya masih hangat. Kuenya juga dicoba!" tawar Mbah Sartika dengan ramah.
"Terima kasih, Mbah," jawab Kelvin. Satu per satu, mereka ikut meminum teh dengan penuh rasa syukur.
Saat mereka berbincang, pintu terbuka. "Mbah, aku sudah pulang," kata Delvina, membawa bungkusan belanja dengan ekspresi lega.
"Nak, Mbah di sini!" panggil Mbah Sartika. Delvina terhenti, melihat tamu-tamu di ruang tamu. Terkejut, dia cepat-cepat ke dapur. "Sebentar, Mbah, aku simpan bungkusan dulu."
Delvina kembali dengan tangan kosong, lalu duduk di dekat Mbah Sartika dengan senyum hangat. "Maaf menunggu lama. Aku Delvina," katanya lembut, namun terlihat gugup.
Icel tersenyum. "Senang bertemu lagi, Kak Delvina. Kami dari tim The Hidden, ingin membantu masalah Kakak."
Delvina menarik napas, mencoba tenang. "Terima kasih. Aku sangat membutuhkan bantuan kalian," ucapnya dengan mata yang tampak lelah namun penuh harapan.
Terdengar tangisan bayi dari kamar. Mbah Sartika bergegas meninggalkan mereka untuk menemui adik Delvina yang terbangun.
"Sebentar, aku akan memberitahu sesuatu ke kalian," ucap Delvina, bergegas ke kamarnya.