Tim The Hidden mulai berjalan di jalan setapak yang mengarah ke hutan di perbatasan Desa Tusaka. Matahari semakin terik, sinarnya menembus celah-celah dedaunan, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di tanah. Meski bergerak santai, setiap langkah diambil dengan penuh kehati-hatian, menyadari bahwa mereka memasuki wilayah yang belum sepenuhnya dikenali.
Hutan di depan tampak asri dan sejuk. Pepohonan tinggi menjulang dengan daun-daun hijau yang lebat, menciptakan kanopi alami yang melindungi dari sinar matahari langsung. Udara di dalam hutan terasa lebih sejuk, membawa aroma segar dari dedaunan dan tanah yang lembab.
Perjalanan berlanjut, melewati jalan setapak yang kadang-kadang ditutupi oleh akar-akar pohon yang menjalar. Di sekitar, burung-burung berkicau riang, dan suara gemerisik daun-daun tertiup angin menciptakan musik alami yang menenangkan. Sesekali, sinar matahari menembus celah kanopi, menciptakan bintik-bintik cahaya di lantai hutan yang dipenuhi lumut.
Saat melangkah lebih jauh ke dalam hutan, mereka menemukan sebuah sungai kecil yang mengalir jernih di antara bebatuan. Airnya yang dingin memberikan kesegaran saat wajah dicuci dan botol minum diisi.
Duduk di tepi sungai, ketenangan sejenak dinikmati sebelum melanjutkan perjalanan. Suara air yang mengalir dan kicauan burung-burung menciptakan suasana damai yang menenangkan pikiran.
Setelah beristirahat, perjalanan dilanjutkan ke arah jalan setapak yang semakin menanjak, pemandangan hutan yang asri dan sejuk memberikan kekuatan untuk mereka. Perjalanan ini akan penuh tantangan, tetapi dengan kerja sama dan ketekunan, keyakinan untuk mencapai tujuan semakin kuat.
Dengan setiap langkah, perbatasan Desa Tusaka semakin dekat. Hutan ini, dengan segala keindahan dan kedamaian yang ditawarkannya, menjadi latar belakang yang sempurna untuk memulai petualangan. Suara alam yang terus mengiringi seakan memberi restu dan semangat untuk melanjutkan perjalanan penuh harapan ini.
Delvina menjelaskan kepada tim The Hidden tentang asal-usul Desa Tusaka ketika beristirahat di tepi sungai kecil di dalam hutan. Duduk di atas bebatuan yang rata, dia menyampaikan cerita dari masa lalu yang mendalam.
"Desa Tusaka memang memiliki sejarah yang kaya akan spiritualitas dan kebijaksanaan," Delvina memulai, tatapannya menerawang ke kejauhan. "Ini adalah tempat di mana Mbah Westu, kakekku, banyak belajar dan mengembangkan kemampuannya dalam menjaga keseimbangan alam dan melindungi desa dari ancaman supranatural."
Icel, yang selalu tertarik dengan sejarah dan tradisi spiritual, menatap Delvina dengan penuh perhatian. "Bagaimana Mbah Westu bisa begitu dihormati di sini?"
Delvina tersenyum hangat. "Mbah Westu adalah seorang cenayang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang kekuatan supranatural di sekitar Desa Tusaka. Dia tidak hanya melindungi desa dari serangan makhluk halus, tetapi juga membantu warga dalam segala hal, mulai dari penyembuhan hingga mengatur upacara-upacara spiritual."
Rama mengangguk mengerti. "Jadi Mbah Westu adalah sosok yang dihormati karena dedikasinya untuk melindungi dan memelihara keseimbangan?"
Delvina mengangguk. "Ya, benar. Sebagai cucunya, saya tumbuh dalam pengaruh beliau dan belajar banyak tentang cara-cara tradisional yang tidak terlihat oleh banyak orang."
Risna, yang selalu waspada terhadap hal-hal supranatural, bertanya, "Apakah itu yang membuat petua Desa Tusaka sangat menghormati kamu, Delvina?"
Delvina menjawab dengan rendah hati, "Mereka melihat saya sebagai penerus dari Mbah Westu dan meneruskan warisan spiritualnya. Karena itu, mereka selalu memberi saya penghormatan yang tinggi."