Delvina terdiam, pandangannya menatap jalan setapak yang semakin senja seiring waktu. Di dalam pikirannya berputar berbagai kemungkinan dan strategi untuk langkah selanjutnya.
Adit, yang tak jauh berdiri dari Delvina, melirik jam tangan di pergelangan tangannya. "Sudah semakin sore," gumamnya sambil mengalihkan pandangannya ke langit yang mulai meredup. "Kita harus melanjutkan perjalanan sebelum hari semakin gelap."
Mendengar itu, Delvina menarik napas dalam-dalam dan menghadap ke arah tim. "Apakah kalian semua yakin kita harus melanjutkan perjalanan sekarang?" tanyanya dengan nada serius. "Hutan ini penuh dengan bahaya yang tidak bisa kita prediksi, terutama saat malam hari. Aku hanya ingin memastikan kita semua siap menghadapi apa pun yang ada di depan."
Risna mengangguk pelan, menatap teman-temannya satu per satu. "Kita sudah sampai sejauh ini, Delvina," katanya dengan suara lembut tapi penuh keyakinan.
Indra menambahkan, "Kita harus percaya pada kemampuan kita dan tetap waspada. Aku yakin kita bisa melewati ini bersama-sama."
Adit menepuk bahu Delvina dengan lembut, memberikan senyum menenangkan. "Kamu tidak sendirian, Delvina. Kita ada di sini untuk mendukungmu. Dan kita akan menghadapi apa pun yang datang bersama-sama."
Delvina menatap satu per satu anggota tim, melihat tekad yang terpancar di mata mereka. Dengan satu tarikan napas terakhir, dia akhirnya mengangguk. "Baiklah, kita lanjutkan perjalanan," katanya dengan suara tegas namun penuh keyakinan.
Mereka melangkah kembali ke jalan setapak yang membawa mereka semakin dalam ke dalam hutan.
Langkah Icel mulai melambat, tubuhnya terasa semakin berat seolah ada sesuatu yang menekan dari dalam. Dia berhenti sejenak, wajahnya pucat dan napasnya memburu. "Ada... sesuatu yang berusaha masuk ke dalam tubuhku," gumamnya dengan suara lemah namun penuh kekhawatiran.
Tim The Hidden segera berhenti dan memusatkan perhatian pada Icel. Mereka merasakan udara di sekitar mereka menjadi lebih berat dan dingin. Rama, yang memiliki kemampuan untuk merasakan roh dan energi, merasakan kehadiran yang tidak terlihat. "Aku merasakan roh-roh energi mulai menghampiri kita," katanya dengan nada serius. "Mereka mencoba menghalangi perjalanan kita."
Mereka diam sejenak, menatap sekitar dengan kewaspadaan tinggi. Delvina, yang sudah menduga kemungkinan ini dari awal, melangkah maju. "Kita perlu membuat keputusan sekarang," katanya tegas namun tenang. "Apakah kita akan terus berjalan atau bermalam di hutan perbatasan sebelum menuju desa utara yang belum kita ketahui?"
Kelvin, yang berdiri dengan tangan menggenggam liontin berukir rumit, memandang Delvina dengan mata yang penuh pertimbangan. "Bermalam di sini mungkin lebih berisiko. Tapi jika kita terus berjalan dengan Icel dalam kondisi seperti ini, kita mungkin menghadapi bahaya yang lebih besar," katanya sambil merasakan energi dari liontin tersebut.