The Idol's Love

delV
Chapter #1

Chapter 1 : Pertemuan

Musim semi kembali datang dalam kehidupanku, menandai mulainya cerita baru. Akankah musim ini akan lebih indah dari yang sebelumnya atau bahkan lebih buruk?

Aku yakin tidak ada yang memiliki cerita yg lebih menyedihkan dari ceritaku musim lalu.

Itu yang kuyakini sebelum aku bertemu dengannya. Soyeon.

Malam ini aku hanya duduk di meja belajarku. Seperti biasa, aku berusaha menjaga telingaku agar dapat mendengar suara pintu masuk terbuka yang menandaka kedatangan ayah.

Hari ini aku bertaruh pasti ayah datang dengan tergopoh-gopoh lagi.

Mabuk.

 

Ting.. tong….

Ah.. suara bel pintu masuk. Malam ini berarti ayah mabuk berat sampai tidak bisa membuka pintu masuk.

“Selamat malam Pak Kim.” sapaku saat melihat Pak Kim, supir ayah, ia mengangguk sambil menggotong ayahku yang mabuk berat disampingnya.

“Ah halo, Jae hyun. Maaf, ayahmu mabuk hari ini ada perjamuan makan malam di kantor.”

“Iya pak tidak apa-apa.”

Perjamuan makan malam kantor setiap hari, aku sudah tahu Pak Kim hanya menyembunyikan kebiasaan ayah yang buruk ini.

“Aku bawa Pak Lee, ke kamar ya.”

Malam ini berakhir seperti malam biasanya. Ayah yang datang ke rumah mabuk karena luka di hatinya.

Sudah 6 bulan lama setelah ayah dan ibu berpisah. Sudah 6 bulan juga ayah selalu datang mabuk setiap malamnya.

Aku kembali masuk ke kamar dan duduk di meja belajarku.

Ruang sempit ini menghimpitku. Sesak di dalam sini.

Aku menghela nafas panjang.

Mungkin aku harus cari udara segar.

Ya lebih baik seperti itu.

________________________________________________________________

 

Aku pun duduk di bangku taman yang berada dekat gazebo di area tengah taman komplek apartemen kami. Sambil melihat feed di teleponku. Lebih nyaman melihat kehidupan orang lain yang lebih baik dariku.

Ah Ik-jun baru saja dibelikan sepatu basket baru. Model yg paling baru, aku yakin besok pasti akan dia pamerkan. Dia sangat ingin membeli sepatu merek ini saat melihat aku memakainya.

Yoona baru saja mengupload fotonya sebelum tidur, ala-ala selebriti. Aku tidak tau kenapa dia harus menggunakan make up sebelum tidur. Dia mungkin cantik, tapi kurang natural. Tapi siapa lah aku, hanya seorang pelajar anak bawang yang masih sekolah hanya bisa berkomentar.

Aku pun menutup layar teleponku. Dan melihat ke atas langit. Malam ini penuh bintang.

Bintang............. pasti kehidupan mereka juga lebih baik dariku. Bercahaya bersama teman-temannya. Bintang selalu berdiri di langit, tempat paling atas dan mereka bercahaya bersama. Setidaknya mereka tidak sendirian. Itu yang paling aku sukai dari bintang. Tidak sendirian.

Aku menghela nafas panjang. Apa gunanya uang? Ayah punya banyak uang tapi sendirian. Apa gunanya ketampanan? Ayah tampan tapi sendirian, bahkan dia ditinggalkan oleh ibu.

Ibu? Aku tidak mengerti jalan pikirannya. Katanya dia lelah hanya berada di dapur, lelah dengan perilaku ayah dan ingin mencari dirinya sendiri. Itu kata-kata terakhir ibu? Aku tidak mengerti pikiran orang dewasa, mungkin suatu hari nanti aku mengerti jika aku sudah dewasa.

Aku menghela nafas panjang kembali. Huh......

Huh........

Siapa itu? Aku pun menengok ke kiri. Ada yang menghela nafas juga di sebelahku. Aku melihat seseorang perempuan, sepantaranku. Sedang duduk dan melihat ke langit. Sambil menghela nafas kembali.

Huh......... Ia menghela nafas kembali

Aku pun memberanikan diri bertanya kepadanya. “Lelah?”

Dia pun menengok melihatku, “Iya.... kamu?”

“Aku juga. Kamu lelah karena apa?”

“Di rumahku, terlalu sepi. Aku tak tahan. Kamu?”

“Di rumahku, juga terlalu sepi. Aku tak tahan.” Jawabku. Mendengar jawaban kami berdua yang sama sejenak kami terdiam tetapi setelah tak berapa lama. Aku menoleh kembali ke arahnya dan menemukan mata kami bertemu dan kami tertawa. Hahaha

“Di rumahmu sepi karena apa? Ada ayah dan ibumu?” tanyaku

“Ada ayah, ada ibu. Tetapi mereka tidak bicara.”

“Apa orang tuamu akan bercerai juga?” tanyaku mencari persamaan diantara kami.

“Tidak, bukan tentang itu. Mereka saling mencintai. Tapi ada penghalang di antara mereka. Orang tuamu bercerai?” tanyanya dengan mata bulat hitamnya itu.

“Iya, ayah dan ibuku bercerai. Sekarang aku tinggal dengan ayah. Siapa penghalang diantara ayah dan ibumu? Perempuan lain?”

“Bukan, penghalang mereka takdir.” Jawabnya dan membuatku bingung.

“Takdir?”

Lihat selengkapnya