Liam dan Vivian sudah beberapa kali keluar bersama. Dan hari ini Liam mengajak Vivian ke coffeshop Steve sekalian mengenalkannya pada Steve.
Saat masuk ke dalam toko, hanya ada Emma sendirian disana. Setelah menyuruh Vivian untuk duduk di dekat jendela. Liam lalu menghampiri Emma. "Steve kemana?" tanyanya.
"Ia keluar sebentar"
"Oh.. Oh ya, kopi susu dua ya"
"Baik"
Saat menunggu kopi susunya, Liam memandang Vivian dan Emma bergantian. "Perlukah mereka kukenalkan juga?" batinnya bingung. "Ah lebih baik menunggu Steve saja" putusnya dalam hati.
"Nih kopi susumu" Liam menyodorkan minumannya kepada Vivian.
"Temanmu sedang tidak ada disini ya?" tanya Vivian yang mencari sosok lelaki yang dikatakan Liam saat mereka berjalan kemari tadi.
"Iya.. Dia sedang keluar. Mungkin sebentar lagi kembali"
Mereka lalu menyeruput minuman mereka sambil sesekali bercanda dan bermain ponsel masing-masing.
Suasana di toko tidak begitu ramai. Hanya ada mereka berdua dan empat orang anak remaja yang masih memakai seragam sekolah. Mereka sangat berisik. Dan Liam sangat bersyukur saat mereka pergi dari sana. Karena kini keadaan lebih tenang.
Saat sedang berbincang-bincang. Tiba-tiba mata Liam tertuju pada seorang pria yang berdiri memesan minuman.
Arah duduk Liam mengarah ke arah depan. Dan Vivian diseberangnya.
Gelagat pria itu sungguh mencurigakan. Ia menarik tangan Emma dengan kuat.
"Hei kamu dengar aku tidak?" tanya Vivian mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Liam yang memandang ke depan dengan serius.
Vivian lalu menoleh ke belakang dan ia merasakan angin berhembus dengan cepat melewatinya.
Tiba-tiba saja ia melihat Liam sudah berdiri di samping pria itu. Liam juga sudah memegang tangan pria itu.
"Apa yang anda lakukan?" tanya Liam dengan tatapan tajam.
"Kamu siapa?" tanya pria ini memandangi Liam dari atas ke bawah.
"Aku siapa itu tidak penting. Cepat lepaskan tangannya atau aku tidak akan segan" Liam mempererat genggamannya.
Emma hanya diam ketakutan.