Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Emma masih berada di kamarnya. Liam duduk di ruang makan menunggunya keluar.
Setengah jam berlalu, tapi Emma masih belum keluar. Liam mulai merasa khawatir.
Ia berjalan mondar mandir di depan kamar Emma.
'Perlukah kuketok? Dia pingsan kah? Dia baik-baik saja kah? Atau dia sudah pergi pagi-pagi tadi ya??' banyak pertanyaan di benaknya. Ia masih ragu untuk mengetuk pintu kamarnya.
Tiba-tiba pintu terbuka. Emma dengan wajah pucatnya menatap Liam.
"Kamu kenapa? Kamu tidak apa-apa?" Liam mendekat, ia khawatir.
"Tidak.. Aku hanya tidak begitu enak badan" ucapnya lirih hendak keluar kamar.
"Jadi kamu mau kemana?"
"Aku hanya ingin mengambil air"
"Oh.." Liam lalu menyingkir dari hadapannya. Ia masih berdiri disana melihat Emma yang berjalan dengan gontai.
Saat berjalan beberapa langkah, kepala Emma terasa pusing. Ia pun terjatuh.
Liam kaget dan langsung memapahnya. Emma tak sadarkan diri.
"Badannya panas sekali" katanya panik.
Liam lalu menggendong Emma ke kamarnya.
Ia menyalakan AC. Melepas cardigan yang masih dipakai Emma. Lalu mengambil es batu dan kain untuk mengompres Emma.
"Ya ampun.. Apa yang harus kulakukan?" Liam bingung.
"Apa aku harus menelepon mama? Atau harusnya menelepon ambulans ya??" gumamnya sendiri.
Tiba-tiba Emma menarik tangannya pelan. "Ja.."
Liam mendekat. Ia tidak mendengar apa yang dikatakan Emma.
"Jangan.. Aku tidak apa.."
Liam mengeryitkan dahinya "Baiklah.. Jadi apakah kamu lapar?"
Emma mengangguk pelan.
"Kamu istirahatlah. Aku akan membuatkanmu bubur." Liam lalu keluar dari kamar Emma.
Kini Liam kembali bingung. Ia terlalu percaya diri menawarkan untuk memasak bubur.