Sorenya mereka berhenti di restoran Fastfood di dekat sana.
Mereka lalu duduk dengan makanan yang sudah tersaji di depan mereka.
"Hari ini sangat menyenangkan" kata Vivian. Ia terlihat gembira.
Liam dan Steve mengiyakan. Emma hanya tersenyum.
"Kapan-kapan kita camping sama-sama yuk" ajak Vivian lagi.
"Ide bagus. Kebetulan ada temanku yang merekomendasikan untuk camping di daerah bukit. Katanya pemandangannya sangat indah. Tempatnya langsung mengarah ke arah danau. Jadi kita bisa memandang keindahan danau dari atas sana. Kita juga bisa melihat matahari terbit dari arah danau."
"Oh ya? Dimana itu?" tanya Steve.
"Untuk lebih jelasnya nanti akan kutanya padanya ya"
"Wahhh kebetulan juga ada hari libur nasional sabtu depan. Ayo kita langsung berangkat kesana saja" kata Steve. Matanya sudah tertuju pada kalender yang tergantung di dekat westafel.
"Kamu antusias banget. Biasa hari libur pun kamu tidak pernah libur." ejek Liam.
"Ya sekarang aku baru sadar. Hidup itu harus dinikmati. Karena masa muda itu hanya sekali. Betul tidak?"
"Betul sekali" sahut Vivian. Emma ikut mengangguk.
"Ngomong-ngomong kamu kok dari tadi diam saja sih? Tadi seru tidak?" tanya Liam pada Emma yang dari tadi diam saja.
"Seru" jawab Emma singkat.
"Kalau seru kenapa wajahmu datar begitu??" tanya Liam lagi.
Steve tertawa. "Kamu ada-ada saja. Emma kan memang orangnya cool. Tidak seperti kamu"
"Tidak seperti kamu kali" bantah Liam.
"Sudah.. Sudah.. Intinya seru kok. Ya kan Em.." Vivian menatap Emma.
Emma tertawa kecil. "Iya" jawabnya.
Selesai makan mereka pun pulang.
****
Malamnya saat sedang membereskan meja di kamarnya. Liam melihat sebuah brosur yang terselip di bawah bukunya. Dan ia baru menyadari bahwa kompetisi dengan tema "Siluet" berakhir dua minggu lagi.
"Ya ampun.. Kenapa aku bisa lupa?"
Liam mengambil kameranya dan menghubungkannya ke laptop. Lalu ia mulai melihat hasil foto-foto jepretannya beberapa hari yang lalu.
Matanya terhenti pada sebuah foto. Yaitu foto seorang wanita yang berjalan keluar dari sebuah toko. Pandangan wanita itu begitu dingin. Wajahnya yang tirus menambah kesan misterius di foto itu.
"Sekarang wajahnya tidak sedingin di foto ini lagi" gumamnya pelan.
Ia merebahkan diri dan tertidur pulas sedetik kemudian.
****
Esoknya, hujan turun begitu deras.
"Errrr.. Kenapa langit bahkan tidak mendukungku?" Liam memandang keluar jendela. Ia bahkan merasa malas hanya untuk keluar dari kamarnya.
Ponselnya berbunyi.
"Halo.." jawabnya malas.
'Halo sayang.. Kamu ada janji tidak hari ini?' tanya Mama dari seberang sana.
"Tidak ada"