"Mama.. Kenapa mendadak mengatakan padaku kalau minggu ini ada pesta?" tanya Vivan panik.
"Iya mama lupa mengatakannya padamu karena mama sibuk mengurus ini itu."
"Kalau sudah dekat begini gimana ngundang Liam? Nanti kalau dia ada janji yang lain bagaimana?" Vivian tampak sedih.
"Kalau itu dia pasti datang. Karena Mama sudah mengundang Mamanya. Jadi kamu tidak usah khawatir" Mama mengelus pundak Vivian pelan.
"Terus gaunku? Mana sempat kubuat sendiri"
"Kamu kan ada gaun yang kamu buat dan belum pernah kamu pakai.. Yang warna apa itu ya.. Mama pernah lihat kamu buat.." Mama tampak berpikir.
"Tapi itu kan produk gagal.."
"Coba kamu cari dan perlihatkan pada Mama"
"Ohh.. Baiklah.." Vivian menuju ke ruang jahit. Ia membuka kotak yang berisi baju-baju yang sudah selesai dibuat. Tapi kurang ia sukai dan selalu menganggap bahwa baju-baju itu adalah produk gagal.
Setelah menemukannya, ia menghampiri mamanya. "Ini Ma.."
Mama melihat detail gaun berwarna merah maroon itu. Gaun sabrina dengan design duyung itu terlihat cantik. Hanya ada sesuatu yang kurang.
"Hmm.. Sepertinya kurang kamu beri perhiasan. Gaun ini kurang hidup." Mama lalu memberi saran dengan menambahkan ini itu di gaun itu. Vivian hanya mendengarkan dengan seksama.
"Jadi gaun Mama dan Papa?"
"Itu sudah diatur orang Bridal. Mama sebenarnya ingin langsung meminjamkanmu gaun dari bridal itu. Tapi jika memakai gaun dari sana. Jadi tidak spesial dong. Kalau buatan sendiri, gaun yang kamu pakai akan ada ketertarikan tersendiri. Benar bukan?"
Vivian mengangguk. Mama sungguh memikirkan sesuatu secara matang.
"Baiklah, aku akan menambahkannya sesuai yang Mama katakan" Vivian langsung masuk ke ruang jahitnya.
Mama hanya tersenyum melihat anak gadisnya.
*****
Vivian datang ke toko Steve dengan ceria. Senyum manis terpampang di wajah cantiknya.
"Melihatmu membuat hatiku berdebar" gombal Steve.
Vivian tersipu malu. Liam yang berdiri disana langsung mengetuk kepala Steve pelan.
"Apa sih Liam?? Tidak bisakah kamu membiarkanku merayu Vivi?" katanya kesal.
"Gombalanmu terlalu payah" ejeknya.
"Kalau kamu cemburu bilang saja"
Liam memiting leher Steve. "Apa kamu bilang??"
Vivian tersenyum senang.
"Kamu pasti cemburu kan?!!" goda Steve lagi.
Liam semakin menguatkan pitingannya membuat Steve meminta ampun. Liam pun melepaskan pitingannya. Vivian hanya tersenyum malu melihat mereka berdua.