"Kamu benar-benar cantik Vi.." ucap Steve.
Vivian hanya tersenyum. Dalam hatinya ia lebih menginginkan jika Liam yang mengatakan itu. Tapi kenapa Liam hanya membisu. Apakah mungkin ia terpesona sampai tidak bisa berkata-kata. Vivian berusaha berpikir positif.
"Kamu kenapa?" tanya Steve lagi yang sudah berjalan berdampingan dengannya.
"Tidak apa" Vivian memandang Steve. "Lho Liam kemana?" tanyanya yang tidak melihat Liam disamping Steve.
Steve celingak celinguk ke kiri dan kanan. "Itu dia" tunjuknya pada Liam yang sedang berbicara dengan seorang pria paruh baya.
"Itu siapa?" tanya Vivian.
"Tidak tau" Steve mengangkat kedua bahunya.
Vivian sedikit mendengus kesal.
Disisi lain, Mama, Justin dan Emma juga sudah hadir disana. Mereka berdua menyapa kenalan mereka. Juga Mama Papa Vivian yang sudah mengundang mereka. Emma hanya mengikuti mereka.
Vivian dan Steve yang berjalan ke arah lain tidak melihat Emma. Begitu pula Emma.
Acara dimulai. Musik dilantunkan dan seorang pembawa acara sudah berdiri di tengah-tengah panggung.
"Selamat datang para hadirin terhormat. Perkenalkan nama saya Bram. Suatu kebanggaan bagi saya dapat berdiri disini. Saya mewakili Bapak Sanders dan istrinya untuk mengucapkan terimakasih pada Bapak Ibu sekalian yang sudah hadir di malam berbahagia ini. Dalam rangka merayakan Silver wedding anniversary Bapak dan Ibu Sanders. Mari angkat gelas kalian untuk memberikan apresiasi terbaik untuk kedua pasangan berbahagia ini" ucap Pak Bram.
Semua hadirin mengangkat tinggi gelas mereka.
"Cheerssss" sorak semuanya.
"Mari kita sambut kedua mempelai yang berbahagia hari ini untuk naik ke atas panggung" ucapnya lagi.
Papa Vivian menatap Mamanya dengan penuh cinta. Lengannya sudah ia posisikan dengan sempurna untuk istrinya mengalungkan tangannya. Setelah itu mereka berjalan ke atas panggung.
Mama Vivian memakai dress silver yang sepadan dengan tuxedo putih papanya.
Semua hadirin bersorak gembira.
"Kedua mempelai akan memotong Cake sebagai lambang cinta" Pak Bram memberikan sebuah pisau panjang.
Setelah cake dipotong, Pak Bram lalu melanjutkan "Sekarang kedua mempelai kami persilahkan untuk melakukan wedding kiss."
Semua hadirin kembali bersorak. Papa Vivian terlihat malu-malu. Ia menggelengkan kepalanya malu. Mama Vivian yang tidak tahan menunggu terlalu lama lalu menarik kepala Papa dan langsung menciumnya.
Saat itu terdengar bunyi confetti popper party dan potongan kertas yang keluar untuk memeriahkan acaranya.
"Wah mamamu berani juga ya?" kata Steve yang takjub. "Kamu berani tidak seperti mamamu?" ledek Steve pada Vivian.