Papa Liam duduk termenung di teras. Liam kemudian duduk di sampingnya dan memberinya sekaleng bir.
"Mana mama kamu?" tanya Papanya saat melihat Liam hanya sendiri.
"Mama sudah tidur. Dia terlalu lelah karena menangis"
"Papa sungguh bersalah padanya." Papa tertunduk. "Papa bukan tidak mencintai mamamu. Hanya saja saat melihat wanita itu. Flashback hidup Papa kembali. Kamu tau, papa seperti kembali ke masa muda saat papa baru mengenal cinta"
Papa lalu menceritakan flashback hidupnya saat baru pertama kali bertemu dengan Mama tiri Emma.
Sore itu hujan turun begitu deras. Bryan yang hendak pulang kemudian mengurungkan niatnya. Padahal saat itu bus terakhir hanya sampai jam 6 saja. Jika ia tidak sampai ke stasiun saat itu juga. Berarti ia harus berjalan kaki sejauh satu kilometer untuk sampai ke rumahnya.
Bryan sudah memantapkan dirinya. Biarlah ia basah kuyup daripada ia harus ketinggalan bus terakhir.
Saat ia hendak melangkahkan kakinya. Seseorang menarik tangannya. Itu adalah Maria. Murid yang baru pindah ke kelas sebelah beberapa hari yang lalu. Maria sangat mencolok karena biasanya tidak ada yang akan pindah saat sudah di kelas tingkatan akhir.
Maria tersenyum padanya. Dan ia menawarkan untuk berjalan bersama ke stasiun dengan payung yang ia bawa.
Bryan yang masih polos merasa sangat canggung untuk sepayung berdua dengannya. Maria yang peka langsung menarik lengan Bryan supaya dirinya tidak terlalu jauh darinya. Karena separuh baju Bryan sudah basah terkena air hujan.
Sejak hari itu mereka jadi sering berpapasan. Bryan merasa ia mulai menyukai Maria. Gadis itu sangat manis dan juga baik hati. Senyum Maria selalu terlintas di benaknya.
Bryan mulai mencoba beberapa cara agar dirinya bisa dekat dengan Maria.
Pernah suatu ketika Bryan mendapati Maria yang dihukum karena telat. Ia lantas mengajaknya untuk kabur dari hukumannya itu. Dan mereka bolos bersama dengan memanjati tembok sekolah. Itu adalah saat yang paling menegangkan yang pernah ia lakukan.
Walaupun tidak berakhir baik karena akhirnya mereka diskors beberapa hari.
Tapi semenjak itu mereka jadi sering berkirim surat.
Bryan mulai berani mengajak Maria untuk berkencan. Sampai pada suatu hari mereka pergi kencan keluar kota. Dan mereka ketinggalan kereta terakhir.
Dengan uang yang sangat minim. Mereka hanya mampu menyewa satu kamar hotel. Dan di sanalah mereka pertama kali melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.
Seiring waktu, tanpa terasa mereka sudah berpacaran dua tahun lamanya.
Saat sudah kuliah semester 3, Maria mengatakan bahwa dia hamil. Bryan yang senang lalu mengatakan pada Mamanya untuk menikahi Maria.
Mamanya akhirnya setuju dengannya. Tetapi saat ia mencari Maria untuk mengatakan kabar gembira itu. Maria sudah hilang entah kemana.
Bryan sudah mencarinya kemana pun tapi hasilnya nihil. Maria seperti ditelan bumi. Tidak ada jejak yang tertinggal sedikitpun.
Liam mengangguk. Ia mengerti kenapa Papanya sulit move on. Mama tiri Emma adalah cinta pertama Papanya.