Siangnya di hari Liam dan Emma pergi.
Nia masuk ke dalam showroom Justin dengan kasar. Kebetulan Maria juga sedang berada disana, di dalam kantor Justin, berbincang.
Bryan yang berada di belakang Nia berusaha menarik istrinya untuk pulang. Tapi istrinya menolak. Ia meletakkan sebuah berkas dengan keras tepat di depan Justin dan Maria.
Maria yang tidak terima diperlakukan begitu langsung berdiri. "Apa maksudmu?!!"
Nia mendengus. "Apa maksudku??"
"Iya. Apa maksudmu datang-datang dan membanting barang"
"Kamu lihat saja sendiri isi berkas itu" kata Nia dengan sinis.
Justin sudah terduduk lemas. Maria dengan kasar membuka amplop itu dan langsung membaca isinya.
"Apa-apaan ini??!" kata Maria dengan marah.
"Kamu sudah membaca isinya dengan jelas kan."
"Kamu sedang memanipulasi data ya? Aku bisa menuntutmu karena membuat laporan palsu seperti ini!!" tunjuk Maria tidak senang.
"Palsu kamu bilang?!" tanya Nia sedikit mendengus. Ia tertawa. "Kamu tanya saja pada anakmu sendiri" tunjuknya pada Justin.
Maria menoleh padanya. "Apa maksudnya ini?"
"I.. Itu.." Justin tak mampu menjawab.
"Sudahlah Nia.." Bryan menarik tangan Nia yang ditepis kasar oleh Nia.
"Jelas-jelas disana tertulis bahwa mereka tidak ada hubungan darah. Kamu ingin menipu siapa hah?!!!!" bentak Nia.
"Kamu mengancam anakku ya?!" tanya Maria.
"Mengancam?? Apa yang perlu aku ancam? Aku hanya memperlihatkan kenyataannya padamu biar kamu tidak asal bilang bahwa anak itu adalah anak suamiku"
"Bagaimana aku tau jika bukan DNA orang lain yang kamu ambil. Darimana aku tau kalau kamu tidak berbohong"
Nia kembali tertawa. "Aku tidak sedangkal dirimu yang demi harta rela mengorbankan anakmu sendiri dan menjadikannya umpan"
"Apa katamu?!!" Maria mengamuk. "Kamu akan aku tuntut dengan laporan palsu ini"