"Hari ini aku ingin mengunjungi desa nenekku. Maukah kamu menemaniku?" tanya Emma di telepon.
"Baiklah. Ayo!!!" Liam menutup teleponnya.
Tidak berapa lama, sebuah mobil Sport sudah berhenti tepat di depan rumahnya.
Emma memandang mobil itu heran. Liam yang tidak mengerti dengan raut wajah Emma lalu bertanya "Ada apa dengan ekspresimu? Kenapa tidak senang?"
"Kamu ini aneh" kata Emma.
"Kenapa kamu mengatakan aku aneh?"
"Kita ini mau ke kampung. Kenapa kamu malah membawa mobil sport?"
"Kan tidak apa-apa"
"Masalahnya kamu rela mobilmu penuh dengan lumpur. Kamu tau jalannya di kampung tidak pernah bagus kan.."
Liam tampak berpikir "Ah benar juga.. Ya sudah aku akan pergi menggantinya"
"Baiklah aku akan menunggumu disini"
"Lebih baik kamu ikut denganku. Biar kita bisa langsung berangkat nanti" Liam lalu menarik Emma masuk ke dalam mobil sportnya.
Emma sedikit takjub. Dirinya tidak pernah sekalipun naik mobil yang mewah seperti ini. Walau Justin punya doorsmeer sendiri. Tapi ia sama sekali bukan peminat mobil sport.
Ternyata Liam memang kaya, batinnya.
"Kamu kenapa?" tanya Liam melihat Emma yang diam tapi terus memandang ke sekeliling.
"Ah tidak"
"Kamu suka ya dengan mobil ini?"
"Sedikit"
"Kalau kamu memang mau, aku bisa memberikannya padamu"
"Tidak.. Tidak usah.. Tidak perlu" kata Emma panik.
Liam tertawa "Aku juga tidak mau memberikannya padamu." ledeknya.
"Tadi bilang mau ngasih. Sekarang tidak" ngambek Emma.
Liam tertawa. "Baiklah hari ini aku rela menjadi supirmu. Jadi nona mau kemana biar supir ini yang membawa nona" Liam berlagak dirinya seorang supir.
Emma terbahak melihat gaya bicaranya. "Kamu bisa aja"
Setelah mengganti mobil Pick-up, mereka lalu berangkat ke kampung.
Hari yang cerah membuat perjalanan dua jam tidak begitu terasa. Apalagi pemandangan yang disuguhkan sungguh indah. Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah hamparan sawah di kiri kanan jalan. Sungguh memanjakan mata.
Mereka lalu berhenti di sebuah rumah.
"Permisi" panggil Emma.
Seseorang muncul dari dalam. Seorang wanita paruh baya menyambutnya "Neng Emma.. Tumben bisa kemari"
"Iya.. Apa kabar Bi?"
"Baik.. Yuk masuk.. Siapa ini neng? Pacar neng ya?" tanya wanita paruh baya itu sambil mengedipkan sebelah matanya.