Ruangan itu seperti senyap begitu Krisna masuk dan melangkahkan kakinya ke deretan meja panjang dekat jendela. Ia tidak langsung ke meja bar dan tidak melempar senyum basa-basi, atau sedikit sapaan ke salah satu barista seperti biasanya; padahal hari itu sepi.
Melihat Krisna duduk di salah satu kursi dekat jendela, salah seorang barista yang juga pemilik kedai kopi tersebut menghampirinya. Namanya Pram, ia sudah mengenal Krisna lebih dari dua tahun lantaran lelaki berkacamata itu bukanlah pelanggan baru lagi di tempanya. Sudah tak terhitung berapa kali Krisna berkunjung. Ia kerap datang sendirian, atau bersama sahabat-sahabatnya atau kekasihnya. Bukan lantaran tempat itu sangat istimewa, hanya saja memang lumayan dekat dari tempat kerja Krisna .
Krisna bukan tipe yang gemar mencoba tempat-tempat baru. Maksudnya begini, dia tidak akan berkunjung ke tempat makan atau kedai kopi baru hanya untuk sekadar merasakan suasananya, atau mencicipi makanannya saja. Di saat suasana hatinya mendung seperti ini, Ia cenderung lebih suka mendatangi tempat-tempat yang sudah pernah dikunjungi dan secara personal membuatnya nyaman. Tempat ini salah satunya. Tidak terlalu ramai, tidak begitu luas dan menu kopinya juga lumayan.
“Red eye sepertinya cocok untuk meredam wajahmu yang.., hmmm kosong dan agak hilang, kurasa.”
Mata Krisna melirik lelaki itu dengan tarikan tipis di bibir.
“Jadi? Mau kubikinkan yang itu?”
“Apa saja, yang penting tidak manis dan tidak begitu pahit.”
“Dengan atau tanpa foamed milk?”
“Tanpa,” jawabnya lagi, pendek. “bentar, kata itu terdengar aneh sekali ya kalau diucapkan sendiri,” lanjutnya sambil memicingkan mata.
Barista bernama Pram itu meresponnya dengan ekspresi wajah mengiyakan. Ia lalu bangkit dari stool dan kembali ke meja bar, menyiapkan bubuk kopi dan cangkir. Pandangan Krisna lalu beralih keluar, ia melihat kosong ke arah jalan, mendapati kepalanya yang kopong tapi di saat yang sama juga terasa berat. Ingin rasanya ia mengembus napas dengan lega, mencoba mengurangi sedikit saja ketidakpastian di kepalanya. Tapi rasanya, hal itu mendadak berat. Yang terjadi setelahnya, napas pendek samar-samar yang keluar.