Gadis itu sesekali memperhatikan tubuh Elric yang dipenuhi garis merah. "Anak ini kenapa? ah sudahlah, pokoknya sekarang aku harus membawa anak ini bersembunyi." Ucap gadis itu, membawa Elric menjauh dari pasukan kerajaan.
Gadis itu tiba di sebuah goa ditengah hutan. Gadis itu kemudian membaringkan Elric disana, sambil berjaga-jaga, memastikan tidak ada pasukan kerajaan yang berhasil mengejar mereka. "Oh? jadi anak ini juga seorang elf ya, aku penasaran kenapa anak ini diincar oleh pasukan Valherion, dan apa-apaan garis merah di wajahnya ini? banyak sekali rahasia yang ada pada anak ini." Ucap Gadis itu sembari menunggu Elric bangun dari pingsannya.
Beberapa menit kemudian, Elric perlahan sadar dari pingsannya. "Aku dimana?" ucapnya sambil melihat sekelilingnya, terlihat cahaya bulan yang menyinari hutan.
"Kamu sudah bangun? bagaimana perasaanmu?" Ucap gadis itu sambil mendekati Elric.
"Siapa kamu?!" Elric seketika mengeluarkan sihir api ditangannya, waspada kepada gadis itu.
"Hei hei, tenanglah. Aku bukan musuhmu, lihat?" Ucap gadis itu sambil memperlihatkan telinga elfnya.
"Diam kau, manusia!" Energi sihir Elric mulai tak terkendali, hingga mata Elric mulai bersinar terang.
Gadis itu seketika mundur, "Aku hanya seorang pembunuh bayaran, aku tidak ada kaitannya dengan kerajaan. Lagipula, manusia itu tidak memiliki daun telinga yang panjang seperti kita para elf." ucapnya sambil mengangkat tangannya.
"benarkah? tidak, bisa saja kau adalah anggota pasukan kerajaan yang ingin menangkapku!" Elric tetap waspada, tidak percaya begitu saja. "Kau bekerja untuk siapa? Valherion? atau apa?" tanyanya, menyebut kerajaan yang ia ketahui sedang memburunya. Ia mengarahkan sihir api mungilnya, siap melindungi diri.
"Kamu mau apa dengan sihir mungilmu itu?" ucap Gadis itu sambil menyeringai, menggoda Elric.
Gadis itu kemudian tersenyum tipis, menunjukkan sikap tenang meski dalam situasi tegang. "Aku tidak tahu siapa mereka. Aku bukan bagian dari kerajaan mana pun. Aku hanya seorang pengembara yang bekerja sebagai pembunuh bayaran yang kebetulan berada di sini."
Meski kata-katanya terdengar jujur, Elric tidak menurunkan kewaspadaannya. Gadis itu memperhatikan Elric dengan penuh rasa ingin tahu, lalu berkata, "Aku melihat beberapa pasukan pergi ke sebuah desa terpencil, lalu melihatmu, dikejar pasukan. Aku mengikuti mereka dari kejauhan. Kau tampaknya penting bagi mereka, tetapi kenapa kau sendirian?"
Elric terkejut mendengar bahwa gadis itu telah melihat pengejarannya. Ini membuatnya semakin curiga. "Kenapa kau mengikutiku kalau begitu? Apa tujuanmu?" desaknya.