Malam itu, mereka berdua beristirahat di sebuah goa.
"Jadi, kamu adalah seorang pendekar pedang?" Tanya Elric, masih duduk bersandar di dinding goa.
"Benar sekali. Memangnya kenapa? kamu seakan-akan masih mencurigaiku." Ucap Ayla sambil memiringkan kepalanya, menatap Elric.
Elric lalu berdiri, "Jika kamu seorang pendekar pedang, lalu golem sore tadi milik siapa?" tanya Elric kepada Ayla.
Mendengar hal itu, Ayla tersenyum, "Kamu serius bertanya seperti itu?" Ucap Ayla, tak menyangka Elric akan mempertanyakan hal itu.
"memangnya kenapa?" Ucap Elric, matanya menatap tajam Ayla.
"Begini ya, ras elf itu sudah pasti bisa menggunakan sihir. Bahkan sekecil apapun sihirnya, ras elf bisa menggunakannya. Seperti aku, sihir yang bisa kugunakan hanyalah sihir elemen tanah, yaitu membuat golem yang menghambat pergerakan musuh." Jelas Ayla kepada Elric.
"B-begitu ya" Ucap Elric sambil tersipu malu.
"Ngomong-ngomong, Elric, kamu memiliki energi sihir yang besar, namun sihir yang kamu ciptakan terlalu lemah, tidakkah kamu mau mencoba sihir jarak dekat?" Tanya Ayla kepada Elric.
"Kamu bisa mengetahui jumlah energi sihirku?" Ucap Elric dengan nada kaget.
"Tentu saja." Ucap Ayla dengan bangga. "Apa kamu mau diajari bagaimana menggunakan tipe sihir jarak dekat?" Tanya Ayla, menawarkan Elric untuk belajar bersamanya.
Elric dengan ragu-ragu, akhirnya menjawab, "B-boleh kok..."
"Bagus. Sekarang dengarkan aku baik-baik. Sihir itu pada dasarnya bergantung pada imajinasi dan keinginan kuat penggunanya. Contohnya, aku adalah pendekar pedang yang berpetualang sendirian, jadi aku membutuhkan orang lain untuk membantuku, maka aku menciptakan golem dari sihir elemen tanah." Ayla menjelaskan secara gamblang kepada Elric, membuat Elric bingung dan tak tau maksud dari Ayla.
"Aku tak begitu mengerti, tapi akan kucoba." Elric lalu menutup matanya, membayangkan bahwa ia ingin menggunakan sihir es sebagai sihir pertahanan. Elric lalu meletakkan tangannya di tanah, lalu seketika tembok es muncul. "Ayla, Aku berhasil!" Ucap Elric dengan bahagia, namun kembali mencoba bersikap datar, masih takut kepada Ayla.
Ayla memperhatikan Elric sambil tersenyum, namun merasa janggal karena Ayla merasa aliran energi sihir di dalam tubuh Elric sangat kacau, namun tidak sekacau saat ia menyelamatkan Elric. "Kita akan bersembunyi kira-kira selama satu hari di goa ini, jadi manfaatkan waktu itu dengan baik ya," Ucap Ayla sambil duduk dan tetap memperhatikan Elric. "Namun kita sudahi dulu saja, kamu bisa melanjutkan berlatih sihir besok, karena sudah larut malam."
"Baiklah" Elric lalu mulai beristirahat, ditemani Ayla yang duduk disampingnya.
Hari itu pun berlalu, hingga pada siang hari, Elric melihat makhluk hijau di luar goa. "Ayla, makhluk apa itu?" Tanya Elric.
"Oh, itu namanya Goblin. Mereka adalah ras monster." Ucap Ayla, lalu mendekati Elric. "Pas sekali, kamu bisa melawan goblin itu." Ucap Ayla.
"Tapi ia menggunakan senjata, Ayla," Ucap Elric dengan gugup.
"Sudahlah, kamu bisa mengalahkannya kok." Ucap Ayla, menenangkan Elric.