Althea mengangguk pelan, lalu mulai menjelaskan, "Di zaman kuno, sebelum perang besar antara para elf dan vampir, ada eksperimen gelap yang dilakukan oleh para penyihir kuno. Beberapa dari mereka mencoba menggabungkan kekuatan elf dan vampir untuk menciptakan senjata hidup, yaitu makhluk yang memiliki umur panjang elf dan kekuatan vampir yang ganas."
Elric merasa darahnya membeku mendengar penjelasan itu. "Apa? maksudmu... Aku adalah hasil dari eksperimen itu?" Tanya Elric kepada Althea.
“Belum tentu,” jawab Althea. “Tapi kekuatanmu pasti berasal dari sesuatu yang lebih kuno dari garis keturunan elf biasa. Itu bukan sesuatu yang muncul secara alami. Mungkin leluhurmu terlibat dalam eksperimen ini, dan darah vampir tertanam dalam dirimu meski kau tetap seorang elf.”
Elric tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya. Dia telah mengira bahwa dia hanya seorang elf yang terperangkap dalam masalah besar, tapi sekarang ada kemungkinan bahwa darah vampir mengalir dalam tubuhnya, darah yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang elf. Ini menjelaskan mengapa kekuatannya terasa begitu ganas dan liar, namun tetap sulit diterima oleh pikirannya.
“Aku... aku bukan monster, kan?” tanya Elric dengan suara pelan, hampir tak terdengar.
Ayla, yang selama ini diam mendengarkan, berlutut di samping Elric dan menatap matanya dengan penuh keyakinan. "Tidak, Elric. Kau bukan monster. Kau adalah dirimu sendiri, dan siapa dirimu tidak ditentukan oleh darah yang mengalir dalam tubuhmu, tetapi oleh tindakan dan pilihanmu." Ucap Ayla dengan nada lembut.
Althea mengangguk setuju. "Benar. Meskipun kau memiliki kekuatan yang berbahaya, itu bukan berarti kau harus menjadi senjata atau alat. Namun, jika kau tidak belajar mengendalikannya, kekuatan itu bisa mengonsumsi jiwamu."
Elric menunduk, merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Dia mengerti bahwa kekuatannya mungkin lebih besar dan lebih gelap dari yang pernah dia bayangkan, tapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan kekuatan itu mengendalikan dirinya.
Althea kemudian menawarkan solusi. "Aku bisa membantumu belajar mengendalikan kekuatan ini. Tapi prosesnya tidak akan mudah. Kau harus berhadapan dengan bagian gelap dari dirimu sendiri, bagian yang dipengaruhi oleh kekuatan vampir kuno ini."
Elric menatap Althea, keraguan masih menyelimuti dirinya. "Apa yang harus kulakukan?"
"Kau harus menghadapi bayangan dalam dirimu," jawab Althea serius. "Ada bagian dari dirimu yang akan mencoba mengambil alih, menggunakan kekuatan itu untuk tujuan gelap. Jika kau bisa mengatasinya, kau bisa belajar mengendalikannya. Tapi jika kau gagal, kekuatan itu akan menguasaimu."
Ayla meremas bahu Elric, memberi dukungan moral. “Kau tidak sendiri, Elric. Aku akan ada di sini bersamamu.”
Althea tersenyum, "Kamu sudah seperti pacarnya saja, Ayla." Ucap Althea sambil tertawa kecil.
Mendengar hal itu, wajah Ayla memerah, "A-aku bukan pacarnya!" Ucap Ayla dengan nada sedikit tinggi.
Elric menarik napas panjang. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan jalan di depannya dipenuhi dengan bahaya. Namun, dengan Ayla di sisinya dan bantuan dari Althea, dia bertekad untuk menemukan cara untuk menguasai kekuatan dalam dirinya, bahkan jika itu berarti menghadapi sisi tergelap dari dirinya sendiri.