Hari berikutnya, saat matahari baru saja terbit dan cahaya lembut menyinari jalanan batu Eldoria.
"Kita punya banyak hal yang harus dilakukan." Ucap Althea, lalu mengajak Elric dan Ayla melewati tangga berkelok-kelok yang menuju ruang pelatihan.
Ruang itu penuh dengan artefak sihir kuno, kristal bercahaya, dan buku-buku tebal yang tampaknya sudah berusia ratusan tahun. Di tengah ruangan, ada lingkaran sihir yang digambar di lantai dengan simbol-simbol yang tidak dikenali Elric. Cahaya lembut memancar dari lingkaran itu, memberikan aura misterius pada tempat tersebut.
Althea menoleh kepada Elric, tatapan tajamnya tertuju pada bocah elf itu. "Hari ini, kita akan memulai dengan dasar-dasar pengendalian energi. Kekuatan yang ada di dalam dirimu, seperti yang sudah kita bicarakan, sangat berbahaya jika dibiarkan mengendalikanmu. Kau harus belajar bagaimana mengendalikannya."
Elric mengangguk, meskipun hatinya berdebar kencang. Dia melangkah maju ke dalam lingkaran sihir, merasakan energi di sekelilingnya bergetar seiring dia mendekat.
Althea berdiri di tepi lingkaran, mulai melantunkan mantra kuno dengan suara yang lembut namun penuh kekuatan. Cahaya di lingkaran semakin terang, dan Elric merasakan energi sihir mulai mengalir melalui tubuhnya. Awalnya, aliran energi itu terasa hangat dan lembut, namun semakin lama, semakin kuat dan liar, seperti badai yang siap meledak kapan saja.
"Aku ingin kau fokus pada perasaan itu," kata Althea. "Rasakan kekuatan dalam dirimu, tetapi jangan biarkan itu menguasaimu. Tarik napas dalam-dalam dan kendalikan alirannya."
Elric mencoba melakukan apa yang dikatakan Althea. Dia menutup matanya, menarik napas panjang, dan memusatkan perhatiannya pada energi yang mengalir liar di dalam tubuhnya. Namun, tidak semudah itu. Semakin dia mencoba mengendalikannya, semakin kuat perlawanan yang dia rasakan dari kekuatan misterius itu. Seolah-olah ada sesuatu yang mencoba melawan keinginannya, sesuatu yang tidak ingin dikendalikan.
Tiba-tiba, kekuatan itu meledak dengan keras, dan Elric merasa tubuhnya tersentak ke belakang. Cahaya dari lingkaran sihir berkedip liar, dan Ayla segera melompat maju, siap membantu jika keadaan memburuk.
"Elric!" Ayla memanggilnya dengan cemas.
Namun, Althea tetap tenang. "Biarkan dia. Ini adalah proses yang harus dia lalui." Ucap Althea sambil menghalangi Ayla yang ingin menghentikan Elric.
Elric jatuh berlutut di dalam lingkaran, napasnya terengah-engah. Matanya berkedip-kedip saat dia mencoba memulihkan diri dari benturan kekuatan yang baru saja dia rasakan. Dalam kepalanya, dia bisa mendengar suara-suara aneh, seperti bisikan jauh yang memanggil namanya, memanggilnya ke arah kegelapan.
"Kau tidak boleh menyerah," kata Althea dengan suara tegas, tetapi tidak kasar. "Kekuatan ini bukan sangat besar, Elric. Ini adalah bagian dari dirimu. Kau harus menerima itu, tapi juga harus memegang kendali."
Elric mengerang pelan, berusaha bangkit kembali. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus melarikan diri dari kekuatan ini. Jika dia tidak mengendalikannya, kekuatan ini akan menguasai dirinya sepenuhnya. Namun, melawan kekuatan yang begitu besar terasa seperti mencoba menghentikan badai dengan tangan kosong.
Dia menutup matanya lagi, kali ini mencoba pendekatan yang berbeda. Alih-alih melawan arus energi, dia membiarkan dirinya menyatu dengan aliran itu, merasakannya tanpa menolak. Perlahan, dia mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Ada harmoni tersembunyi dalam kekacauan itu, sebuah ritme yang halus di balik kekuatan yang meluap.
Dia menarik napas dalam-dalam, dan kali ini, aliran energi mulai melambat, menjadi lebih stabil. Meskipun masih kuat, kekuatan itu tidak lagi terasa melawan dirinya. Sebaliknya, kekuatan itu mulai menyelaraskan dengan tubuh dan pikirannya.