Pagi yang tenang di Eldoria terasa berbeda bagi Elric. Selama sebulan terakhir, ia berlatih tanpa henti di bawah bimbingan Althea, seorang elf tua dengan pengetahuan mendalam tentang sihir kuno yang tersimpan di dalam darahnya. Sihir vampir itu, sebuah warisan gelap yang selalu mengintai di balik kesadaran Elric, terasa seperti pedang bermata dua. Kekuatan luar biasa itu bisa menghancurkannya, atau menjadi kekuatan baik dalam dirinya.
Di tengah ruang pelatihan, Elric duduk bersila, mengatur napas dengan panduan Althea. “Kendalikan aliran energinya,” kata Althea, suaranya serak namun penuh kebijaksanaan. “Kekuatan vampir ini harus kau kuasai, meskipun kau adalah seorang elf.”
Di dekat mereka, Ayla, sedang melatih gerakannya. "Aku tak akan membiarkan Elric bertempur sendirian," sering kali itulah yang Ayla katakan, terutama ketika melihat Elric berjuang mengendalikan kekuatan gelapnya.
“Aku sudah siap, Althea,” kata Elric dengan napas teratur, meskipun ia tahu di dalam hatinya, masih ada ketakutan. Kekuatan itu, meskipun telah sedikit ia kendalikan, masih terasa asing. Ia merasakannya mengalir deras dalam darahnya, seperti sungai yang siap meluap.
Namun, sebelum Althea bisa menjawab, suara keras terdengar dari arah selatan. Deru gemuruh tanah seperti ribuan kaki yang berbaris, drum perang yang memekakkan telinga. Elric, Ayla, dan Althea seketika menyadari sesuatu yang besar sedang terjadi. Suara teriakan para prajurit yang memberi aba-aba di kejauhan mulai terdengar semakin jelas.
“Pasukan Valherion…” desis Althea, wajahnya berubah pucat. “Mereka datang.”
Ayla menggenggam pedangnya lebih erat. “Apa yang mereka inginkan dari Eldoria? Eldoria adalah kerajaan netral!”
Tak lama kemudian, sebuah terompet panjang terdengar, menggema di seluruh lembah. Langit mulai dipenuhi awan gelap, seakan alam sendiri merespons ancaman yang mendekat. Elric merasa jantungnya berdetak kencang, dan energi vampir di dalam dirinya bergetar hebat, seolah merespons ancaman yang akan datang.
“Mereka tak peduli,” jawab Althea, suaranya rendah namun tegas. “Kerajaan Valherion haus akan kekuasaan. Mereka ingin menaklukkan seluruh benua, dan Eldoria adalah pintu gerbang yang harus mereka taklukkan.”
Saat mereka kembali ke pusat kerajaan, suasana penuh ketegangan. Raja Eldoria, seorang pemimpin yang dikenal karena kebijaksanaannya, telah memobilisasi pasukannya. Di hadapan istana, ribuan prajurit bersiap, barisan elf bersenjatakan busur dan pedang berkumpul dalam formasi, dipimpin oleh para panglima perang yang berpengalaman. Di antara mereka, penyihir-penyihir dengan jubah panjang mereka, bersiap menggunakan kekuatan magis untuk mempertahankan kerajaan.