Saat Chimera berdiri di hadapan mereka, udara di dalam ruangan menjadi tegang dan berat. Makhluk mitologi itu benar-benar mengerikan, dengan tubuh yang kokoh dan mata yang menyala penuh amarah. Napas panasnya mengisi ruangan dengan bau belerang yang pekat. Chimera menggeram, sementara ekor ularnya menggeliat, bersiap menyerang. Elric dan Fenn berdiri kaku, menyadari bahwa mereka akan menghadapi musuh yang lebih kuat daripada yang pernah mereka bayangkan.
“Fenn, mundur!” teriak Elric, segera mengambil posisi bertarung.
Fenn, yang telah bertempur di samping Elric berkali-kali, tidak perlu diberi tahu dua kali. Ia melompat ke belakang, mencari posisi yang lebih aman untuk mengamati pertarungan. “Makhluk itu... lebih cepat daripada kelihatannya,” ucapnya sambil mengamati pergerakan Chimera yang mulai melingkar di sekitar Elric.
Elric merapal mantranya dengan cepat, memanggil sihir Aetheria Sylvanis. Dengan satu gerakan, tanah di bawah kakinya bergerak, menciptakan benteng batu yang tebal sebagai perlindungan. Namun, Chimera tidak memberinya banyak waktu. Dengan kecepatan yang luar biasa, makhluk itu menerjang, ekor ular yang besar memukul keras ke arah Elric.
Benteng batu itu hancur dalam satu serangan, dan Elric terdorong mundur oleh gelombang kekuatan serangan tersebut. Dia mendarat keras di lantai, terengah-engah saat debu beterbangan di sekelilingnya. "Sial, makhluk ini kuat," gumamnya, mencoba mengatur napas.
Chimera menyeringai, seolah-olah tahu bahwa Elric sedang kesulitan. Dari mulut singanya, semburan api merah menyala tiba-tiba meluncur ke arah Elric, membakar udara di sekitarnya dengan cepat. Elric berusaha bangkit, tangannya memukul tanah, memanggil tanah di sekitarnya untuk mengangkat dinding pelindung lagi.
Api itu menghantam dinding batu yang baru saja terbentuk, melelehkan bagian luarnya dan meninggalkan bekas hangus. Elric menggertakkan giginya, menyadari bahwa taktik bertahan tidak akan cukup menghadapi makhluk ini.
“Ini buruk, Elric!” teriak Fenn dari kejauhan, melompat dari satu tempat aman ke tempat lain. “Chimera ini terlalu kuat. Apa kau punya rencana?”
Elric menggeleng pelan, tetap fokus pada makhluk buas di depannya. “Aku harus mencari cara untuk menekannya. Kalau tidak, kita tidak akan bertahan lebih lama.”
Chimera tampak semakin agresif. Kepalanya yang berbentuk kambing menyeringai dengan keganasan, lalu ia melompat maju dengan kecepatan yang menakutkan, menyerang Elric dengan cakarnya. Elric berusaha menghindar, tetapi cakar Chimera tetap berhasil menyapu tubuhnya, menggores bahu kirinya dan meninggalkan luka yang dalam. Darah mulai mengalir, membuatnya terhuyung.
“Elric!” Fenn berteriak panik. “Kau terluka!”