The Journey Of Elric : The Little Wanderer

Rivandra Arcana
Chapter #20

Bayangan Masa Lalu #20

Elric terjatuh dalam kegelapan yang dalam setelah pertarungan sengit melawan Chimera. Tubuhnya lelah, pikirannya kacau, dan energi sihirnya terkuras habis. Dunia di sekelilingnya seakan tenggelam dalam kehampaan. Suara Fenn yang memanggil namanya memudar seiring dengan kesadarannya yang lenyap. Yang tersisa hanyalah sunyi, dingin, dan kekosongan.

Namun, di dalam kegelapan itu, perlahan-lahan, sesuatu muncul. Cahaya samar berkilau di kejauhan, seperti nyala api kecil yang menyala di tengah malam. Elric merasa dirinya tertarik ke arah cahaya itu. Ia tidak bisa mengendalikan langkah kakinya, seolah-olah cahaya itu memanggilnya, memintanya untuk mendekat. Ketika cahaya itu semakin dekat, ingatan lama yang terkubur dalam mulai muncul.

Tiba-tiba, Elric berada di tempat lain, tempat yang sangat asing baginya. Sebuah istana megah berdiri di hadapannya, namun dalam kekacauan yang tak terbayangkan. Suara teriakan dan gemuruh pertempuran memenuhi udara. Bangunan-bangunan megah runtuh, api menjalar di segala penjuru. Di langit, asap hitam menutupi sinar matahari, menciptakan suasana mencekam dan penuh dengan kesedihan.

Elric berjalan di antara reruntuhan, melihat para prajurit yang bertarung mati-matian untuk mempertahankan istana. Tapi anehnya, tak satu pun dari mereka menyadari kehadirannya. Ia hanya bisa melihat, seolah-olah menjadi penonton di tengah tragedi ini.

"Ini... apa ini?" pikir Elric dalam hatinya, kebingungan dan cemas.

Elric melihat asap hitam mengepul di udara, dan di kejauhan terdengar suara peperangan yang menggema di seluruh penjuru istana. Suara jeritan, bentrokan pedang, dan sihir menghancurkan segala sesuatu yang ada di hadapannya.

Ini adalah kerajaan Sylvandor, kerajaan para elf, yang berada dalam kehancuran total.

Di dalam istana, Louvren Miraswen, Raja Sylvandor, berdiri tegak di aula besar bersama permaisurinya, Violet Miraswen. Di tangannya, Violet menggendong bayi kecil yang baru saja lahir, Elric. Bayi itu menangis, sementara Louvren dan Violet bertukar pandang dengan penuh kecemasan. Wajah mereka yang biasanya anggun kini terlihat penuh kelelahan dan ketakutan.

"Waktunya semakin sempit," bisik Louvren dengan suara penuh kekhawatiran.

Violet menatap suaminya dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku tahu, tapi aku tidak ingin meninggalkanmu, Louvren."

Louvren menggenggam tangan Violet dengan lembut. "Kau harus kuat, Violet. Kalian berdua harus pergi. Elric adalah satu-satunya harapan kita. Jika para pemberontak mengetahui tentang kelahiran Elric dan warisan yang dibawanya, mereka akan menghancurkan segalanya."

Di luar, pasukan pemberontak yang dipimpin oleh seorang elf muda yang memiliki wajah sangat mirip dengan Elion, raja Eldoria saat ini, semakin mendekat.

Lihat selengkapnya