Saat Elric berjalan keluar dari aula, pikirannya terus berputar, terjebak dalam berbagai pertanyaan tentang masa lalunya. Satu pertanyaan yang terus menghantuinya muncul kembali di benaknya. Siapa sebenarnya Ayla? Teman pertamanya, yang muncul ketika ia dikejar oleh pasukan Valherion. Ia telah banyak membantunya saat dalam pelarian, namun setelah perpisahan mereka yang tiba-tiba, Elric belum pernah mendengar kabar darinya lagi.
Elric berhenti sejenak, lalu memutar arah, kembali ke aula tempat Torak masih duduk di dekat api unggun. Suara langkah Elric yang kembali terdengar membuat Torak menoleh.
“Elric? Ada yang ingin kau tanyakan lagi?” tanya Torak dengan tatapan penasaran. Sorot matanya yang bijaksana masih terpancar dari wajah yang penuh dengan pengalaman bertarung.
Elric terdiam beberapa saat, berusaha menyusun kata-kata yang tepat. “Tuan Torak, ada satu lagi hal yang menggangguku. Seseorang dari masa lalu, seseorang yang menyelamatkanku saat aku dikejar oleh pasukan Valherion... Namanya Ayla. Siapa sebenarnya dia?”
Torak mengerutkan kening, sejenak berpikir. Nama itu jelas tidak asing baginya, tapi ia belum pernah mendengar cerita lengkap dari Elric tentang siapa Ayla dan apa perannya. “Ayla ya...” gumam Torak perlahan. “Itu adalah nama yang tidak sering terdengar di sini. Tapi aku merasa pernah mendengar sesuatu tentang dia dari laporan pasukan perbatasan, meskipun tidak terlalu detail.”
Elric melanjutkan, suaranya lebih tenang namun dipenuhi rasa ingin tahu. “Dia adalah seorang pembunuh bayaran. Aku bertemu dengannya ketika aku sedang dalam pelarian dari pasukan Valherion. Dia menyelamatkanku dan menemaniku untuk waktu yang cukup lama. Kami berpisah ketika aku diusir di Eldoria.”
Mendengar ini, Torak semakin serius. “Seorang pembunuh bayaran, katamu? Itu menambah lebih banyak misteri. Pembunuh bayaran jarang sekali bertindak tanpa alasan, terutama menyelamatkan seseorang seperti dirimu tanpa kompensasi. Apakah kau tahu kenapa dia membantumu?”
Elric menggeleng pelan, meskipun dalam hatinya ada kecurigaan yang lama terpendam. "Itulah yang menggangguku. Dia bilang dia membantuku karena dia membenci Valherion, tapi rasanya ada sesuatu yang lebih dari itu. Seperti... dia tahu siapa aku sebenarnya, meski aku tidak pernah menceritakan apapun tentang masa laluku."
Torak menyandarkan diri di kursinya, memandang Elric dengan tatapan penuh perhitungan. "Kalau begitu, mungkin dia memang tahu lebih banyak tentangmu daripada yang kau kira. Seorang pembunuh bayaran jarang memilih targetnya secara acak, dan jika Ayla mengetahui rahasia tentang warisanmu sebagai pewaris kekuatan leluhur para Elf, itu berarti dia memiliki informasi yang sangat bernilai."
Elric merasa darahnya berdesir. Ada kemungkinan Ayla selama ini mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya, bahkan mungkin lebih banyak daripada dirinya sendiri. “Apakah mungkin dia diutus oleh seseorang, Tuan Torak? Untuk mengawasi atau bahkan melindungiku?”
Torak mengangguk pelan, tatapan matanya tajam. “Itu mungkin sekali. Dalam dunia yang dipenuhi oleh perang dan intrik, informasi adalah salah satu senjata paling berbahaya. Jika Ayla menyelamatkanmu, bisa jadi dia bekerja untuk pihak yang memiliki kepentingan atas dirimu. Namun, siapa pihak itu... sulit untuk kita ketahui tanpa lebih banyak informasi.”
Elric menghela napas panjang. Di satu sisi, ia merasa lega karena setidaknya ada penjelasan yang masuk akal tentang keterlibatan Ayla. Namun, di sisi lain, kebenaran yang belum terungkap itu membuatnya merasa semakin terasing dari masa lalu dan orang-orang di sekitarnya. Ayla adalah sosok yang selalu ada di ingatannya sebagai teman pertama, namun kini, bayangan bahwa ia mungkin tidak sepenuhnya tulus menghantui pikirannya.
“Elric,” kata Torak pelan, memecah lamunan Elric. “Ada sesuatu yang harus kau pahami. Semakin banyak rahasia yang terungkap tentang masa lalumu, semakin banyak orang yang akan tertarik padamu, dan tidak semuanya akan memiliki niat baik. Kau harus lebih berhati-hati mulai sekarang.”