Elric merasakan tekanan yang berat dari kehadiran Althea. Althea adalah penyihir yang sangat kuat dan jenius, sedangkan dia sendiri masih belum sepenuhnya menguasai kekuatan Aetheria Sylvanis maupun Festival Of Blood. Namun, tekadnya untuk melindungi Ayla dan Fenn lebih besar daripada ketakutannya.
“Aku datang untuk mencari tahu siapa kau sebenarnya dan apa yang kau rencanakan untukku,” jawab Elric dengan suara tegas. Dia berusaha menjaga ketenangan, meskipun hatinya berdegup kencang. “Ayla bukan musuhku. Dia adalah temanku.”
Althea tertawa sinis, suara tawa itu penuh dengan ironi. “Teman? Apakah kau benar-benar percaya bahwa dia ada di sisimu, Elric? Setiap langkah yang kau ambil selalu diawasi, dan aku akan memastikan bahwa kau tidak bisa melarikan diri dari nasibmu.”
Elric memandang Ayla dengan cemas. “Ayla, kau bisa pergi! Aku akan menghadapi Althea,” teriaknya, berusaha untuk mengulur waktu agar Ayla dan Fenn bisa melarikan diri.
Ayla, dengan pedang terhunus di tangannya, bersiap untuk bertarung. “Aku tidak akan meninggalkanmu, Elric!” katanya, suaranya berisi keberanian. “Kita harus melawan bersama!”
“Jangan bodoh!” Althea berteriak. Dalam sekejap, dia melontarkan sihir ke arah mereka. Gelombang energi menyala di tangannya, siap untuk menghancurkan mereka. Elric segera mengangkat tangannya dan mengerahkan sihir tanahnya, berusaha membentuk perisai dari batu untuk melindungi mereka.
Namun, kekuatan Althea jauh lebih besar. Ledakan energi sihir itu menghancurkan perisai yang dibuat Elric dan melontarkannya ke dinding. Dia merasakan sakit yang tajam di punggungnya saat menghantam dinding, tetapi segera bangkit kembali, bertekad untuk tidak menyerah.
Ayla menyerang dengan pedangnya, bergerak cepat seperti kilat. Dia menyerang Althea dengan gerakan lincah dan akurat, berusaha mengalihkan perhatian Althea dari Elric. Namun, Althea dengan mudah menghindari serangan tersebut, berbalik dan memukul balik dengan kekuatan magis yang mematikan.
“Berguna sekali, tetapi ini semua sia-sia!” kata Althea, sambil melontarkan mantra lain yang mengakibatkan energi berwarna ungu melesat menuju Ayla. Ayla terpaksa melompat untuk menghindar, tetapi satu serangan mengenai bahunya, membuatnya terhuyung mundur.
“Yah!” teriaknya, menggigit bibir menahan sakit. Namun, semangatnya tidak padam. Dia terus berjuang, tidak membiarkan rasa sakit mengalahkan keberaniannya.
Elric mengamati semua ini dengan cemas. Setiap kali Althea melepaskan serangan, dia merasa kekuatannya mulai terkuras. Dia tahu dia harus menemukan cara untuk membantu Ayla dan Fenn melarikan diri, meskipun itu berarti mengorbankan dirinya sendiri.
"Flora's Requiem!" Dengan cepat, Elric menggunakan sihirnya, berusaha untuk meminta bantuan dari alam di sekitarnya. Dia memanggil akar-akar yang tersembunyi di dalam tanah untuk membantunya, mencoba mengendalikan mereka untuk menciptakan rintangan bagi Althea. Dalam sekejap, akar-akar itu menyergap Althea, mencoba mengikat kakinya dan menghentikannya sejenak.
“Apa kau pikir ini bisa menghentikanku?” Althea berteriak, merusak akar yang mengikatnya dengan ledakan sihir. “Kau tidak mengerti kekuatan yang kau hadapi!”
Elric berjuang untuk tetap berdiri, merasakan lelah yang semakin menyelimuti tubuhnya. Dia tahu bahwa waktu mereka semakin menipis. Dia tidak bisa membiarkan Althea menang.
“Fenn!” teriaknya, mencari dukungan dari sahabatnya. “Kau harus membawa Ayla pergi! Aku akan mengalihkan perhatian Althea!”
Fenn menatap Elric dengan mata penuh kecemasan. “Elric, aku tidak bisa meninggalkanmu!”