Keesokan paginya, cahaya matahari menyusup melalui celah pepohonan, membangunkan Elric, Ayla, dan Fenn yang tertidur di bawah bintang. Hutan di sekitar mereka terasa lebih damai dibandingkan malam sebelumnya, seolah menandakan perjalanan baru yang akan mereka mulai. Setelah merapikan peralatan dan bersiap-siap, mereka mulai melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat yang diduga sebagai tempat persembunyian naga.
“Jadi, Elric,” kata Ayla sambil mengikat rambutnya dengan pita sederhana, “apa yang kita lakukan selanjutnya?”
Elric yang biasanya tenang tampak lebih bersemangat dari biasanya. “Kita terus ke arah timur, mengikuti sungai ini. Jika naga benar-benar bisa berubah wujud, pasti ada petunjuk di sepanjang jalan ini."
Fenn, yang masih menguap setelah tidur panjangnya, hanya mengangguk sambil berjalan di samping mereka. Namun, tak lama setelah mereka berjalan, Fenn mulai mengendus udara dengan cemas.
"Apakah ada yang aneh, Fenn?" tanya Ayla, merasa sedikit khawatir melihat Fenn tiba-tiba terdiam.
“Ada sesuatu… baunya tidak seperti sebelumnya. Seperti ada jejak-jejak makhluk besar...”
Elric memperhatikan sekitar, matanya memicing, mencoba menangkap apa yang mungkin Fenn rasakan. Tapi tak ada yang mencurigakan, hanya suara gemerisik daun dan burung yang berterbangan. Mereka memutuskan untuk terus berjalan.
Beberapa jam kemudian, saat mereka mulai merasa nyaman dengan perjalanan yang lancar, sebuah suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Tanah di bawah kaki mereka bergetar, dan suara angin yang kencang menghantam telinga mereka.
"Elric! Lihat itu!" seru Ayla, menunjuk ke langit.
Di kejauhan, bayangan besar dari seekor naga merah yang sempat mereka lihat sebelumnya melintas di angkasa, sayapnya menggetarkan udara. Namun kali ini, naga itu terlihat lebih dekat dan lebih berbahaya.
Fenn mendesah. “Sepertinya kita akan berurusan dengan naga lebih cepat dari yang kita kira.”
Namun, tak disangka, di tengah kegelisahan mereka, sebuah kejadian mengejutkan terjadi. Saat Elric melangkah maju, tanah di bawahnya tiba-tiba ambruk. Sebuah lubang raksasa terbuka, menyedot Elric dan Ayla ke dalamnya sebelum mereka sempat bereaksi. Fenn, yang lebih cepat, berhasil melompat ke tepi dan tidak jatuh ke dalam lubang.
"Elric! Ayla!" teriak Fenn, panik, tapi hanya gema suaranya yang terdengar dari dalam lubang itu.
Elric dan Ayla jatuh cukup dalam, hingga mereka akhirnya mendarat di permukaan yang lunak, tertutupi oleh akar-akar besar yang menggeliat. Mereka menemukan diri mereka berada di dalam sebuah ruangan bawah tanah yang penuh dengan akar dan cahaya redup.
"Di mana kita...?" gumam Ayla sambil menggosok lengannya yang terasa sakit akibat jatuh.
Elric menatap sekeliling, mata merahnya bersinar lembut karena mulai merasakan energi aneh dari tempat ini. “Aku... aku pernah merasakan energi ini sebelumnya. Aetherwood. Tempat ini terhubung dengan kekuatan leluhur Aetheria Sylvanis.”
Namun, sebelum mereka bisa mempelajari lebih lanjut, sebuah suara aneh terdengar. Dari sudut ruangan, sesosok bayangan bergerak, mengeluarkan suara geraman pelan. Seekor makhluk, setengah manusia setengah binatang, muncul. Tubuhnya penuh sisik, dengan mata merah yang tajam, dan cakar panjang yang mencengkram tanah.
“Tempat ini dilindungi… oleh penjaga kuno,” bisik Elric. "Dan dia bukan hanya penjaga biasa."