Elric, Ayla, dan Fenn bergerak perlahan mendekati gua besar yang dijaga oleh naga merah tadi. Aroma sulfur dari pegunungan di sekitar mereka mulai terasa menyengat, menambah suasana menegangkan. Naga merah yang berukuran besar itu kini berdiri di depan gua, mengawasi mereka dengan mata berkilat yang memancarkan keingintahuan.
Tiba-tiba, naga itu menggerakkan sayapnya dan terbang rendah menuju Elric dan kedua temannya. Tubuhnya yang besar menimbulkan angin kencang saat mendarat hanya beberapa meter dari mereka. Elric, Ayla, dan Fenn berhenti di tempat, terlalu terkejut untuk bergerak.
Mata naga itu kini terpaku pada Elric, mengamati tongkat sihir di tangan elf muda itu. Tanpa peringatan, tubuh naga merah yang besar mulai menyusut dan bertransformasi. Sayapnya mengecil, sisiknya menyatu menjadi kulit manusia, meskipun tanduk dan ekornya tetap ada. Dalam beberapa detik, di hadapan mereka berdiri seorang pria perkasa, dengan kulit berwarna merah dan tanduk panjang yang melengkung ke belakang. Wajahnya penuh dengan semangat, dan tubuhnya dihiasi oleh tato berbentuk api dan angin yang berkobar di lengannya. Pria itu berjalan mendekat dengan langkah penuh percaya diri, dan senyumnya yang penuh rasa ingin tahu.
"Pengguna Aetheria Sylvanis," kata pria itu dengan suara dalam yang bergetar seperti gemuruh. "Sudah lama sekali aku menunggu hari ini."
Elric menatapnya dengan penuh kebingungan. "Siapa kau?" tanyanya, mengangkat tongkatnya sedikit, bersiap jika diperlukan.
Pria naga itu tertawa keras, suaranya menggema di seluruh lembah. "Aku adalah Drakathorn, salah satu dari naga purba yang menjaga rahasia gua ini. Dan kau, wahai pemuda, kau adalah penerus kekuatan yang telah lama hilang. Kau pengguna Aetheria Sylvanis, bukan?"
Elric terkejut, tak menyangka naga ini begitu paham tentang kekuatannya. "Ya, aku menguasai sebagian dari kekuatan Aetheria Sylvanis," jawab Elric jujur. "Tapi... bagaimana kau mengetahuinya?"
Drakathorn melangkah lebih dekat, mata merahnya menyala dengan semangat. "Aku bisa merasakan kehadiran sihir alam dari jarak bermil-mil. Aetheria Sylvanis adalah kekuatan kuno yang terhubung erat dengan alam. Kau menggunakan sihir itu untuk menghadapi prajurit-prajurit kami tadi. Aku bisa melihatnya dengan jelas."
Ayla dan Fenn tetap diam, terlalu terkejut untuk berkata-kata. Mereka menatap naga yang kini berbentuk manusia itu dengan kagum dan ketakutan. Tapi sebelum salah satu dari mereka bisa bereaksi, Drakathorn tiba-tiba tertawa lagi dan dengan antusias mengangkat lengannya, menunjuk ke arah Elric.
"Aku ingin mengujimu, pengguna Aetheria Sylvanis!" serunya dengan semangat. "Duel denganku. Aku ingin melihat apakah kau benar-benar layak menyandang kekuatan yang hebat itu!"
Elric terkejut dengan tantangan mendadak ini. "Duel? Aku... Aku tidak siap-"
Drakathorn memotongnya dengan senyum lebar. "Tenanglah, ini bukan pertarungan sampai mati. Aku hanya ingin melihat seberapa jauh kemampuanmu. Jangan khawatir, takkan ada yang terluka parah."
Ayla mendekati Elric, suaranya penuh kecemasan. "Elric, kau tak harus melakukannya. Ini terlalu berbahaya."
Fenn, meski biasanya ceriwis, hanya menatap Drakathorn dengan mulut ternganga. "A-Apa kita benar-benar harus melawan naga?!"
Namun, sebelum Elric bisa menjawab, beberapa prajurit naga yang sebelumnya menyerang mereka mendekat dengan sikap tenang. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan khawatir, ini adalah tradisi kami. Duel ini adalah cara bagi kami untuk menghormati kekuatan lawan. Tak akan ada kematian di sini, hanya pertunjukan kekuatan."