Langit semakin gelap, petir mulai menyambar ke tanah. Drakathorn ternganga menyaksikan sihir Elric. "Bocah ini sedang berada di zonanya. Adrenalin bertarungnya sungguh menakjubkan." Ucap Drakathorn.
Elric lalu mengarahkan tongkat sihirnya ke Drakathorn. "Aetheria Sylvanis... Thunderous Judgement!"
Petir mulai menyambar Drakathorn dengan serangan bertubi-tubi. Suara petir itu sangat keras, dan sambarannya membuat debu-debu bertebaran disekitar arena.
Setelah beberapa menit sambaran petir itu terus menyambar, Elric langsung jatuh pingsan. Sementara di balik debu yang bertebaran, Drakathorn masih berdiri tegap, namun tubuhnya sudah dipenuhi sisik naga.
"Bocah ini benar-benar mau membunuhku, hahaha!" Ucap Drakathorn, lalu mendekati Elric. "Sepertinya anak ini hanya kehabisan energi sihir."
Ayla dan Fenn dengan cepat berlari kearah Elric, memastikan Elric baik-baik saja. "Apa yang terjadi?" Ucap Fenn dengan nada panik.
Drakathorn menatap Elric yang pingsan, dan seketika wajahnya berubah serius. "Apa yang terjadi? Dia terlalu muda untuk mengeluarkan kekuatan sebanyak itu."
Pria naga itu berlutut di samping Elric dan meraih bahunya. "Kau harus bangun, anak muda! Kekuatanku tidak bisa mengubah nasibnya, tapi mungkin aku bisa membantunya."
Drakathorn mulai merasakan energi dari dalam tubuhnya dan menyalurkan sebagian dari kekuatannya ke Elric. Sebuah aura merah menyelimuti tubuh Elric, dan perlahan-lahan, energi itu mulai menstabilkan detak jantungnya.
Ayla menatap Drakathorn dengan penuh rasa terima kasih dan kekaguman. "Apa yang kau lakukan?"
"Menyalurkan sedikit energi untuk membangunkannya," jawab Drakathorn. "Kekuatan alam adalah bagian dari diri kita semua. Semoga ini bisa membantunya kembali."
Setelah beberapa saat, Elric mulai menggerakkan jari-jarinya dan perlahan membuka matanya. Dia merasa aneh, seolah terbangun dari mimpi yang dalam. Ketika melihat Drakathorn dan Ayla di sisinya, dia terbangun.
"Elric!" teriak Ayla dengan gembira. "Kau kembali!"