Elric mengerutkan kening. "Maksudmu?"
"Semua namamu terhubung dengan para dewa," jawab Drakathorn dengan nada penuh keyakinan. "Gaia, Zeus. Itu adalah nama dewa-dewa kuno. Kekuatan yang kau akses bukan hanya sihir leluhur elf, tapi kekuatan yang berkaitan dengan entitas yang lebih besar. Ini menjelaskan mengapa sihirmu terasa begitu berbeda. Mungkin saja kekuatan leluhur klan elf memiliki ikatan dengan para dewa."
Elric merasa bingung, namun sebelum ia bisa menanyakan lebih jauh, Drakathorn tiba-tiba bergegas pergi. "Tunggu sebentar!" serunya sambil berlari menuju ruangannya di kediaman para naga. Ayla dan Fenn saling memandang, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Beberapa menit kemudian, Drakathorn kembali dengan sebuah buku tebal yang tampak kotor dan lusuh di tangannya. Ia menyerahkannya kepada Elric dengan serius. "Ini adalah sesuatu yang harus kau pelajari."
Elric menerima buku itu dengan ekspresi ragu. "Apa ini?"
"Buku ini berisi mantra-mantra sihir api yang berhubungan dengan dewa Hephaestus," ucap Drakathorn dengan serius. "Hephaestus adalah dewa api dan pandai besi. Jika sihirmu benar-benar berasal dari kekuatan dewa, maka ini mungkin bisa membantumu. Aku ingin kau mencoba salah satu mantra dari buku ini."
Elric membuka halaman pertama, matanya menelusuri simbol-simbol dan tulisan-tulisan kuno yang ada di dalamnya. Meskipun ia belum mengerti semuanya, dia bisa merasakan kehadiran kekuatan besar yang terhubung dengan setiap kata di dalamnya. "Apa kau serius?" Elric bertanya, setengah terkejut.
Drakathorn mengangguk dengan mantap. "Aku ingin melihat bagaimana kau menyesuaikan sihirmu dengan kekuatan ini."
Setelah sedikit ragu, Elric mengangguk setuju. Drakathorn lalu berubah kembali menjadi naga, tubuh besarnya menyinari langit dengan sisik merah yang berkilauan. "Naiklah," katanya dengan suara menggelegar namun penuh antusias.
Elric, Ayla, dan Fenn menaiki punggung Drakathorn. Naga itu mengangkasa, meluncur cepat di udara menuju sebuah area padang rumput yang luas. Pemandangan di bawah mereka begitu indah, namun tak ada waktu untuk menikmati sepenuhnya, karena fokus mereka saat ini adalah latihan sihir baru yang diberikan Drakathorn.
Setelah mendarat di tengah padang rumput, Drakathorn menunjuk sekelompok Wild Boar yang berkeliaran di kejauhan. "Cobalah gunakan salah satu mantra dari buku itu untuk menyerang Wild Boar itu," perintahnya dengan semangat.
Elric membuka buku itu sekali lagi, mencari mantra yang bisa ia gunakan. Matanya membaca dengan cepat, mencari sesuatu yang cocok untuk menghadapi lawan yang bergerak cepat seperti Wild Boar. Namun, semakin lama ia membaca, semakin kesal ekspresinya.
Drakathorn yang memperhatikan perubahan ekspresi Elric mengerutkan kening. "Ada masalah, Elric?"
Elric menutup buku itu dengan agak kesal dan menatap Drakathorn dengan ekspresi kesal. "Banyak mantra di sini adalah sihir penguatan fisik dan jarak dekat... melihatnya saja sudah membuatku kesal."
Mendengar itu, Drakathorn menatapnya dengan heran. "Memangnya apa yang salah dengan sihir jarak dekat? Kekuatan fisik sangat penting dalam pertarungan."
Sebelum Elric bisa menjawab, Ayla yang sejak tadi mengamati dengan tenang mulai tertawa kecil. "Oh, Drakathorn... Elric tidak bisa bertarung dalam jarak dekat. Dia sangat membencinya."