Sesampainya di gua tempat para naga, Elric tertidur, lalu digendong oleh Drakathorn ke tempat peristirahatannya sementara Ayla dan Fenn hanya bisa menunggu hingga Elric bangun.
Keesokan harinya, Elric terbangun di dalam ruangan yang hangat, dikelilingi oleh dinding-dinding batu yang dipahat rapi. Suara gemericik lava yang mengalir terdengar lembut di kejauhan, menciptakan suasana yang tenang. Dia merasakan tubuhnya lebih baik, meskipun masih ada sedikit rasa lelah.
Sambil menggeliat dan menguatkan diri untuk bangun, ia melihat Drakathorn berdiri di depan pintu, menatapnya dengan mata naga yang dalam. "Kau sudah bangun," kata Drakathorn, suaranya dalam namun tenang. "Bagaimana perasaanmu sekarang?"
Elric duduk di tempat tidur batu yang telah dibuat untuknya, menggosok pelipisnya yang masih terasa berat. "Aku merasa sedikit lebih baik, tapi ada sesuatu yang menggangguku," jawab Elric, nadanya serius. "Kenapa aku langsung kelelahan setelah menggunakan sihir baru itu? Aku tahu kalau itu adalah sihir yang baru kupelajari, tapi sepertinya bukan hanya itu alasannya."
Drakathorn menatap Elric dengan penuh perhatian, lalu berjalan lebih dekat. "Apa maksudmu?" tanyanya, kebingungan mulai tampak di wajah manusia naga itu.
Elric menghela napas panjang, mencoba merangkai kata-kata dalam pikirannya. "Setiap kali aku menggunakan kekuatan Aetheria Sylvanis, sihirnya memang menguras energiku. Tapi kali ini berbeda. Rasanya seperti... aku tidak memiliki cukup energi sejak awal. Aku pikir ada yang salah dengan kapasitas sihirku."
Drakathorn memandang Elric sejenak, merenungkan kata-katanya. "Mungkin ada sesuatu yang kita lewatkan," gumamnya sambil berpikir. "Mari kita diskusikan lebih lanjut."
Dalam diskusi yang berlangsung, Drakathorn mencoba menghubungkan berbagai elemen dari pengalaman Elric, mulai dari kekuatan Aetheria Sylvanis hingga manifestasi dari sihir baru yang mereka pelajari kemarin. Namun, semakin mereka membicarakannya, semakin tampak bahwa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih dalam yang memengaruhi kemampuan Elric.
Saat mereka berbicara, seorang naga tua yang sebelumnya hanya mengamati dari kejauhan perlahan mendekat. Dengan suara yang dalam dan bijak, ia memperkenalkan dirinya. "Namaku Volkaros," katanya sambil menatap Elric dengan tatapan penuh arti. "Aku sudah mendengar percakapan kalian dan kurasa aku tahu masalahnya."
Drakathorn dan Elric sama-sama memalingkan pandangan mereka kepada Volkaros, tetua naga dengan sisik yang berwarna abu-abu gelap dan mata yang memancarkan kebijaksanaan ribuan tahun. "Kau berkata bahwa kekuatanmu cepat terkuras setelah menggunakan sihir, bukan?" Volkaros bertanya, nadanya tenang namun mengintimidasi.
Elric mengangguk pelan. "Benar. Rasanya seperti... aku memiliki kapasitas sihir yang sangat terbatas."