Setelah kesepakatan dengan Garrin tercapai, keesokan harinya Elric, Ayla, Fenn, dan Rakka segera mulai bertukar informasi dengan pedagang berpengaruh itu. Mereka duduk di ruang pertemuan mewah Garrin, dikelilingi peta, dokumen, dan rencana yang tersebar di atas meja. Suasana diskusi terasa serius namun penuh harapan.
Garrin memulai dengan memberitahu informasi yang paling penting saat ini. “Kerajaan Eldoria dan Valherion masih terlibat dalam perang dingin,” katanya sambil menunjuk ke peta besar di atas meja. “Mereka belum memulai perang terbuka, tapi ketegangan antara kedua kerajaan terus meningkat. Pasukan di kedua sisi sudah mulai memperkuat perbatasan mereka, dan mata-mata saling bertukar informasi di antara mereka. Namun, selama ini, tidak ada yang berani melangkah lebih jauh. Mereka menunggu momen yang tepat.”
Elric mendengarkan dengan seksama. “Jadi, mereka masih dalam situasi yang rapuh,” katanya pelan. “Itu memberi kita waktu.”
Garrin mengangguk. “Benar. Namun, situasi bisa berubah kapan saja. Begitu salah satu dari mereka menyerang, itu akan memicu perang besar-besaran.”
Rakka, yang duduk di ujung meja dengan jubah bayangannya yang hampir menyatu dengan kegelapan ruangan, akhirnya berbicara. “Inilah yang menjadi kesempatan kita. Saat Eldoria dan Valherion sibuk berperang, kita bisa bergerak.”
Elric menatap Rakka dengan mata penasaran. “Apa rencanamu, Rakka? Kau sudah memikirkan cara untuk mengembalikan Sylvandor?”
Rakka mengangguk, lalu menarik napas dalam sebelum menjelaskan rencananya. “Selama bertahun-tahun sejak kudeta di Sylvandor, aku telah menyebar orang-orang yang setia kepada kerajaan kita di berbagai kerajaan. Mereka hidup sebagai pengungsi, pedagang, prajurit bayaran, dan berbagai peran lain. Tapi mereka semua adalah rakyat Sylvandor yang setia. Aku telah menghubungi mereka secara perlahan dan membentuk jaringan bawah tanah yang siap bertindak ketika waktunya tiba.”
Elric merasa kekaguman dan rasa hormat yang lebih dalam kepada Rakka. Meskipun masa lalu mereka penuh rahasia, Rakka telah bekerja diam-diam demi kerajaan Sylvandor selama ini.
“Kita harus mengumpulkan mereka,” lanjut Rakka. “Menghimpun kembali kekuatan rakyat Sylvandor yang tersisa di berbagai kerajaan. Dengan bantuan Garrin, kita bisa mendapatkan dukungan sumber daya yang kita butuhkan. Tapi kita harus menunggu momen yang tepat, saat Eldoria dan Valherion sudah cukup melemah oleh perang mereka. Saat itu, kita akan menyerang Eldoria dan merebut kembali Sylvandor.”
Ayla mendengarkan dengan cermat, tapi raut wajahnya tampak ragu. “Tapi bagaimana kalau perang itu tidak terjadi dalam waktu dekat? Kita bisa menunggu selamanya.”
Rakka menatap Ayla dengan penuh ketenangan. “Perang itu tidak bisa dihindari. Ketegangan antara Eldoria dan Valherion sudah terlalu dalam. Ini hanya masalah waktu.”
Garrin menambahkan, “Dan begitu perang itu dimulai, Eldoria akan rentan. Mereka sudah menempatkan sebagian besar pasukan mereka di perbatasan dengan Valherion. Dalam kekacauan itu, kita bisa menyusup ke ibu kota dan mengambil alih.”
Elric mengangguk perlahan. “Rencana ini punya peluang. Kita bisa menghimpun pasukan rakyat Sylvandor yang tersisa dan menunggu sampai perang melemahkan Eldoria.”