Elric dan Fenn meninggalkan Ayla dan Rakka, menatap mereka berdua yang melangkah ke arah yang berlawanan. Ada ketegangan tersisa dari perdebatan terakhir mereka, namun mereka semua tahu bahwa ini adalah jalan terbaik. Elric, dengan perasaan berat namun fokus, mulai melanjutkan perjalanannya menuju Hutan Aetherwood bersama Fenn.
Saat mereka menempuh perjalanan melalui hutan dan lembah, suasana di sekitar mereka semakin sunyi. Angin membawa aroma tanah lembap dan dedaunan yang familiar, membuat Elric semakin rindu pada Hutan Aetherwood, tempat pelatihannya dulu. Namun, tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari langit.
Dari kejauhan, siluet besar muncul di udara, dan dalam beberapa detik, Drakathorn dalam wujud manusianya mendarat dengan anggun di depan mereka. "Kau tak perlu berjalan kaki sepanjang ini, Elric," ujarnya sambil tersenyum lebar. "Mengapa tidak kau gunakan jasaku sebagai naga? Aku bisa membawamu ke Aetherwood dalam sekejap."
Fenn, yang duduk di bahu Elric, mengangkat alis. "Oh, bagus, tumpangan gratis!" serunya dengan nada canda, membuat Elric tertawa kecil.
Elric menatap Drakathorn, setengah berpikir. "Apakah kau serius?" tanyanya, meski jelas Drakathorn tidak main-main.
Drakathorn mengangguk, mengayunkan lengannya ke atas. "Waktu adalah hal berharga, pangeran Sylvandor. Jika kau benar-benar ingin segera melanjutkan latihannya, maka gunakanlah kemampuanku. Aku bisa menghemat berhari-hari perjalanan."
Elric memikirkan tawaran itu sejenak. Ia merasa enggan meninggalkan perjalanan ini begitu cepat, tapi dia juga tahu, semakin cepat dia sampai di Aetherwood, semakin cepat dia bisa memperbaiki pengendalian atas sihirnya dan siap menghadapi ancaman yang akan datang. Akhirnya, dia mengangguk. "Baiklah, Drakathorn, tawaranmu kuambil. Ayo bawa kami ke Aetherwood."
Dengan kata itu, Drakathorn berubah kembali ke wujud naga raksasanya, tubuh merahnya berkilauan di bawah sinar matahari. Elric dan Fenn segera naik ke punggungnya, dan sebelum mereka sadar, mereka terbang melintasi langit, angin bertiup kencang di sekitar mereka.
Fenn, yang biasanya suka bercanda, kali ini tampak terkesima oleh pemandangan di bawah. "Kukira menjadi kelinci yang bisa bicara itu sudah cukup menarik," gumamnya. "Tapi menunggang naga? Ini di luar ekspektasiku."
Elric tersenyum, merasa lega meskipun masih ada banyak yang harus dipikirkan. Dengan kecepatan seperti ini, mereka akan tiba di Aetherwood lebih cepat daripada yang dia duga.