07:00 wib, Suasana kampus cukup lengang dan tidak seperti biasanya. Sekar Ayu berjalan santai menuju ruang kelas namun tak disangka terdengar suara ribut-ribut di dalam, Sekar Ayu berları masuk ke dalam kelas untuk melihat apa yang sedang terjadi. Teman-teman mereka yang kurang lebih ada 7 orang di kelas itu sudah bergerombol dan melingkar melihat temannya yang sedang kesurupan. Spontan Sekar Ayu membuka celah lingkaran itu dan masuk kedalamnya. Dengan sigap Sekar Ayu berteriak
“Jangan ditutupi, beri ruang!. Minggir semua.”
Teman-teman yang tadi bergerombol dan melingkar langsung membelah secara spontan tanpa ada perintah kedua maupun ketiga. Kemudian Sekar Ayu jongkok melihat Ningrum temannya yang kesurupan. Matanya tertutup rapat namun hanya bisa teriak, tangannya masih dipegang oleh Wulan dan Ninis. Berhubung mereka cewek tidak kuat menahan badan Ningrum yang lumayan bongsor.
“Kamu!” sambil menunjuk si gembul yang ada di samping kanan.
“Kamu juga!” sambil menunjuk teman cowoknya yang tinggi.
“Cepat, bawa dia ke arah pintu.” ucap Sekar Ayu dengan nada tinggi.
Si gembul dan Yuka temannya yang tinggi besar, langsung menggotong tubuh Ningrum. Gembul memegang kedua kaki Ningrum, sedang Yuka mengangkat tubuh bagian atas. Sedang Wulan dan Ninis mengikuti dari samping. Untungnya suasana kampus masih sepi, hanya OB yang terbengong melihat kejadian itu.
“ Minggir mas, daripada kamu nanti kesambet!” ucap Sekar Ayu dengan konsentrasi tinggi.
“Pegangi tangan dan kakinya. Cepat!”
Ningrum yang masih dalam keadaan mata terpejam dan terus berontak, Si gembul memegang kaki Ningrum, Yuka memegang tangan kanan Ningrum, sedangkan Ninis dan Wulan memegang tangan kiri Ningrum. Bagi mereka perjuangan yang benar-benar luar biasa.
Sekar Ayu mengucapkan mantra yang tidak seperti biasanya, bahasa dan cara menanganinya cukup aneh.
“Yug nag amegta, syah nag egmananto” ucap Sekar Ayu.
Kemudian tangannya menggambarkan semacam lambang sigil di jidat Ningrum. Suasana terasa tegang dan hawa ruangan terasa panas meski AC ruang kelas ke empat-empatnya menyala. Benar-benar suasananya sangat magis dan aura ruang kelas terasa sedih dan ada rasa kemarahan. Setelah Sekar Ayu berdoa dan meditasi, tubuh Ningrum lemas dan lunglai. Terlihat sekelebat warna hitam keluar ke pintu.
”jedar…” Suara seperti ban pecah.
“A…..” Wulan dan juga Ninis tak sadar mereka teriak bersama-sama, waktu mendengar suara pintu seperti di tabrak.
Kemudian Wulan mengambil botol mineral dari dalam tasnya, karena merasa haus. dia membuka tutup botol dan akan meminumnya. Tiba-tiba Sekar Ayu nyeletuk
“Lan, air mineralnya. Jangan kau minum dulu!” Ucap Sekar dengan wajah tegang.
Wulan yang melihat wajah sahabatnya tegang. Akhirnya diam dan tangannya menutup ulang tutup botol yang sudah dibuka olehnya meskipun tangannya gemetar.
Tubuh Ningrum mulai menggeliat, temannya yang gembul dan Yuka tetap waspada. Tanpa dikomando mereka berdua langsung memegang kaki dan tangannya Ningrum, takut kesurupan lagi.
Pelan-pelan mata Ningrum mulai membuka dan melihat teman-temannya mengelilingi dia.
Sekar Ayu langsung menyambar air mineral yang ada di tangan Wulan.
Dengan mengucapkan mantra dan membuka tutup botol air mineral kemudian menuangkan sedikit air yang ada di botol di tangan kanan Sekar Ayu dan mengusapkan ke wajah Ningrum.
“Aku kenapa, Lan?, Sekar?” ucap Ningrum dengan bingung.
“Sudah gak apa-apa. Yuk bangun.” sambil membangunkan Ningrum tangan Sekar yang masih memegang botol mineral, memberikan ke Ningrum untuk di minum.
Gembul yang benci dengan Ningrum langsung menjawab,
“Kau kerasukan arwah gentayangan yang ada di kelas” sambil ngeloyor pergi dan mencari tempat duduk.
Suasana kelas terlihat kembali seperti sedia kala, tidak nampak terlihat telah terjadi cerita kejadian yang begitu luar biasa. Rahmat salah satu bagian TU memberi tahu ke Yuka bahwa Pak Oki dosen dengan mata kuliah Peminatan Psikologi tidak bisa hadir. Karena ada rapat di Jakarta dan belum balik ke Surabaya.
***************************
Panasnya udara Surabaya, cukup membuat gerah di tenggorokan. Wulan dan Sekar Ayu yang sedang berboncengan pulang dari kampus, di tengah jalan tiba-tiba Wulan merasakan ada yang berat banget. Sambil melakukan riting supaya bisa minggir dan melakukan pengecekan kendaraan.
“Turun dulu yu!.”
“Kenapa, lan?”
“Motornya tiba-tiba berat, aku takut motormu bannya bocor!”
Wulan melakukan prosedur dengan standar tengah kendaraan. Sedikit jongkok melihat ban depan motor tidak ada yang bermasalah juga dengan ban belakang sambil memutar pelan-pelan.
Sekar Ayu yang saat itu menggendong tas ranselnya di depan, duduk di pinggir trotoar.
Diam-diam melihat tasnya bergerak-gerak seperti ada sesuatu di dalamnya. Saat di pegang tas tersebut diam.
“Aku ada di dalam dan sudah menunggumu” ucap suara lembut yang ada di dalam tas.
“Deg” Jantung Sekar berdebar mendengar suara itu.
Yang dia takutkan adalah kucing kecil tapi kenapa suaranya sedikit mendesis.
Sekar meletakkan tasnya di samping kiri dan membuka resletting tengah. Ada sedikit sinar warna kuning yang menyala. Sekar mengeluarkan buku tulis dan melihat ada kantong kecil sejenis satin warna emas.
Wulan yang sudah selesai mengecek ban motornya, berdiri dan membalikkan badan.
“Kenapa bukumu kau keluarkan semua, Yu?”
Tangan sekar memberikan tanda kepada Wulan untuk diam. Kantong satin pelan-pelan diambil Sekar kemudian dia pegang.
“Siapa yang memasukkan kantong ini di tasku?” sambil berfikir dan mendongakkan kepala melihat Wulan.