Hujan turun malam itu, mengetuk jendela kamar sempit Sara seperti ingin mengingatkannya pada sesuatu yang tak pernah ia miliki—rumah, keluarga, atau arti sebuah kenangan.
Di luar, dunia tampak bergerak tanpa menoleh padanya. Kedai kopi kecil yang ia bangun dengan sisa tabungan terakhir hampir gulung tikar. Sahabat yang menemaninya sehari-hari sudah berjanji menikahi orang lain. Hidupnya, bagi Sara, hanyalah barisan hari yang kosong.
Kadang, di balik gelap, ia ingin semuanya berhenti. Namun rasa takut pada kematian selalu lebih besar daripada kerinduannya pada kebebasan. Maka ia tetap hidup—seperti bayangan yang menunggu hilang dengan sendirinya.