Saat laporan tentang kematian Efena yang mengejutkan dan janggal sampai pada Raja Sanders, kebingungan dan keresahan langsung melanda istana. Raja mengumpulkan orang-orangnya termasuk mengundang Noquen Lan, Prephina, Alexa, Axella, Arken, dan Saveriaz.
“Ini bukan hal yang bisa disepelekan. Kita tinggal dimana manusia dan makhluk lainnya hidup berdampingan, dimana kutukan sama nyatanya seperti kita bernapas. Ada sebagian dari mereka yang merupakan makhluk kegelapan. Kalau kutukan ini sudah diciptakan, berarti kemungkinan besar akan terjadi. Kita harus mengantisipasinya.” kata Raja Sanders.
“Benar yang mulia.” Semua mengangguk setuju.
“Benar. Tapi kita tidak tahu kapan kutukan ini akan dimulai. Mungkin seminggu lagi, sebulan, atau bahkan setahun… kita juga tidak akan tahu apa, bagaimana, dan siapa.” Noquen menjelaskan dengan bingung.
Tak lama kemudian seorang penjaga menyampaikan pesan yang dibawa burung elang, raja membacanya dengan keras di hadapan orang-orang.
"Bahkan ada ancaman seperti ini? Dia pasti tidak sendirian..." ujar Ratu Hileda.
“Mengerikan… sungguh mengerikan, kenapa Efena melakukannya? Siapa yang mengajarinya?” Bu Prephina menutupi wajahnya, ngeri. Dalam hati ia merasa pasti yang akan menjadi salah satu korbannya adalah dirinya, Efena sangat tidak menyukainya dan ia sadar itu. Seharusnya ia tidak perlu mengusik Efena, seharusnya gadis itu tidak usah mati. Efena tidak boleh mati… tapi, tapi dia sudah mati. Bu Prephina merasa sangat frustasi memikirkan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi padanya.
“Lalu bagaimana? Apakah kita harus meminta bantuan pada pihak luar? Ada keluarga penyihir di kerajaan tetangga yang cukup hebat.” tanya raja.
“Yang Mulia.” kata panglima kerajaan.
“Iya Yaesha.”
“Mungkin kita harus berusaha mengatasinya sendiri dulu tanpa meminta bantuan kerajaan lain. Karena kalau sampai berita ini tersebar luas, akan menjadikan bahaya perang bagi kerajaan kita.”
“Aku tahu… tapi pertanyaannya bagaimana? Ini keadaan yang cukup genting. Kutukan Kematian, bukan kutukan biasa.”
“Mungkin kita harus memanggil peramal.” kata Yaesha berusaha tenang.
Raja berpikir sejenak, seharian ini dirinya sudah disibukkan dengan beberapa keluhan warganya dan menuntut untuk segera diselesaikan. Ia juga sedikit bingung harus bagaimana terhadap keluhan yang satu ini.
“Peramal? Maksudmu untuk mengungkapkan perkiraan waktunya?”
“Benar Yang Mulia…”
“Sayangnya tetap akan tersamarkan, siapa dan bagaimana…” ucap Ny. Noquen Lan lirih.
“Memang ramalan untuk hal-hal itu tidak akan akurat, pengorbanan nyawa untuk memulainya, tapi jika kita punya perkiraan waktunya, kita bisa bersiap-siap. Setidaknya untuk keamanan maupun obat-obatan dan para penyembuh. Itu akan sangat membantu.”
Semua orang di dalam ruangan bergumam setuju. Ratu Hileda menggenggam tangan raja. Mencoba memberikan kekuatan dukungan padanya.
“Ambillah langkah itu, aku yakin akan banyak nyawa yang terselamatkan. Selain itu, kita harus mengabari kedua orang tua Efena.” Pandangan ratu beralih pada Saveriaz, “Saveriaz, kabari sepupumu untuk mengundang keluarga Trislac ke Kastel Rockaress. Sampaikan apa yang perlu disampaikan, Ny. Noquen akan membantumu.”
“Kita tidak langsung mengirim surat pada mereka saja?” tanya Saveriaz mempertimbangkan.
Ratu Hileda menggeleng, “Mengingat sifat Efena, kita harus memberi perlindungan juga pada kedua orang tuanya. Biarkan mereka tinggal di Kastel Rockaress. Kabarkan berita kematiannya dengan sebaik mungkin.”
Saveriaz mengangguk patuh pada Ratu Hileda, ia langsung mengahadap Nyonya Besar Noquen dan mulai menulis surat.
“Apakah itu sudah pasti akan terjadi? Kutukan itu?” tanya Alexa pada semua orang di dalam ruangan.
“Benar, apakah tidak ada kemungkinan kutukan itu gagal?” Axella juga bertanya.
“Menurutku…” kata Arken, “itu sudah hampir pasti terjadi. Kemungkinannya lebih dari sembilanpuluh lima persen. Aku dan Saveriaz melihat tanda itu sangat jelas, seandainya saja salah satu tandanya tidak ada… atau gagal terbentuk, masih besar kemungkinannya untuk gagal. Karena kutukan ini memerlukan ritual yang benar. Tapi, seperti yang kita tahu semua tanda itu sangat jelas…”