The Kingdom of Parandore

G. Cha
Chapter #7

Kesibukan Bibi Flauretta

“Semuanya! Perhatikan tugas kalian masing-masing!” suara Bibi Flauretta melengking di pagi yang sibuk di dapur istana. Ia berteriak-teriak sambil mengetuk-ngetukkan punggung pisau ke meja. Suara teriakan Bibi Flauretta sudah biasa terdengar di dalam dapur istana, diiringi suara kelontangan perkakas dapur.

Ruangan itu selalu ramai pada jam-jam tertentu. Tak ada hal yang lebih menyenangkan bagi wanita subur itu selain kesibukkannya di dalam dapur, ia bisa memerintah siapapun sesuka hatinya tanpa ada yang memprotes asalkan itu masih urusan dapur. Dia adalah penguasa dapur istana.

“Iya bu!” jawab sekelompok orang yang mengenakan celemek abu-abu dengan motif kotak-kotak kuning-biru.

“Remelina, siapkan bumbu untuk sup wortel dan panggangkan empat potong daging setengah matang untukku.” perintah Bibi Flauretta.

“Siap bu!” sahut Remelina sambil mengerjakan apa yang ditugaskan padanya. Ia langsung menyiapkan bumbu dan memotong daging yang sudah disiapkan tukang jagal untuk istana. Kadang mereka menggunakan daging sapi, kadang juga daging rusa, namun sesekali mereka menggunakan daging unggas.

Mereka semua berada di sebuah dapur yang berukuran tujuh kali sembilan meter. Dapur itu berisi banyak barang-barang dan sekelompok manusia yang hilir mudik. Flauretta Malamor adalah seorang kepala dapur, dan Remelina Rod adalah asisten pribadinya. RRemelin, gadis yang cekatan dan penuh semangat kalau berhubungan dengan urusan dapur. Semangatnya tak bisa diremehkan, dia punya ambisi yang cukup kuat untuk mengalahkan masakan Bibi Flauretta. Remelina suatu saat ingin menggantikan Flauretta Malamor sebagai Kepala Dapur Istana Parandore, dan Bibi Flauretta sendiri sangat mendukungnya.

Pintu dapur ada di sisi barat ruangan, di samping pintu itu terdapat gantungan sapu dan pel, di bawahnya ada meja pendek berisi beberapa kain lap. Tungku-tungku masak ada di sisi timur, ada enam tungku masak yang di atasnya sudah tertata kuali-kuali dengan isinya yang mendidih dan mengeluarkan uap.

Ada dua cerobong di atas tungku-tungku itu. Semua bahan makanan tersimpan di rak-rak dan lemari sisi utara, dan di tengah ruangan ada satu meja panjang untuk mempersiapkan perjamuan, dua meja yang lebih pendek untuk mengolah bahan mentah atau membuat roti. Sedangkan di dinding selatan terdapat segala macam peralatan masak dan perjamuan. Piring, gelas, sendok, garpu, pisau, wajan, kuali berbagai ukuran, gantungan celemek, kayu pengaduk dan lainnya.

Di dalam dapur istana itu ada empat orang yang mengurusi enam tungku, dua orang khusus membuat roti, tiga orang mengolah bahan-bahan mentah, satu orang asisten yang membantu kepala dapur, dan sang kepala dapur, Flauretta Malamor. Hampir semuanya adalah laki-laki dan perempuan paruh baya yang sedikit lebih muda dari Flauretta, kecuali Remelina Rod yang usianya sepantaran dengan putri.

“Kaldunya kurang terasa!” komentar Bibi Flauretta pada orang yang mengurus kuali. Ia berjalan berkeliling lagi, “Lina, lihatlah...! Daging itu terlalu tipis, mereka tak akan kenyang dengan potongan itu. Buat potongan yang lebih besar! Simpan daging tipis itu!”

“Baiklah.” Remelina mengulang kembali memotong daging dengan telaten dan cekatan, ia masih harus banyak belajar.

Setiap hari mereka harus menyiapkan makanan tak kurang dari limapuluh orang. Setidaknya ada 4 orang anggota kerajaan, 11 orang pengurus dapur, beberapa petugas kebersihan istana dan tukang kebun, Mortana-Penjaga kunci, Yaesha-Panglima kerajaan yang sering menghabiskan waktu di istana, Jovy-Kepala perawat yang punya bawahan di luar istana dan mereka siap dipanggil kapanpun saat dibutuhkan, seorang penjaga kuda, dua orang penjaga gerbang utama yang selalu berganti tiap lima jam, selusin penjaga yang siaga, dan lainnya. Tentu saja setiap hari para pengurus dapur itu selalu sibuk, mereka harus menyiapkan makanan-makanan itu tiga kali dalam sehari.

Ratu Hileda kadang turun ke dapur jika raja sedang sibuk atau keluar berburu. Ratu sangat senang membuat kue-kue kering berukuran kecil yang bisa dimakan satu lahapan. Kue buatan ratu cukup dikagumi oleh orang-orang meski itu bukan kue terenak.

Kedekatannya dengan Bibi Flauretta sudah terjalin selama bertahun-tahun. Jika sore telah tiba, Ratu Hileda akan mengajak Bibi Flauretta jalan-jalan sebentar di taman istana untuk melepas penat, saling berbincang sebagai wanita yang sama-sama dewasa. Membicarakan tentang anak-anak, tentang istana, tentang Parandore, tentang masa depan, tentang apapun yang bahkan mungkin mengganjal hati. Mereka saling memahami dan saling menasehati, Ratu Hileda sudah menganggap Flauretta sebagai saudarinya sendiri.

*****

Para pasukan dan penjaga yang sedang tidak bertugas tinggal di Sankalia, karena saat ini bisa dibilang merupakan masa aman bagi Parandore. Tidak ada pergolakan dari sisi manapun.

Ratu Hileda meminta pada raja agar para pasukan dibuatkan markas di dekat istana dan sedia setiap saat jika diperlukan, proses pembangunan markas itu memerlukan waktu tidak sebentar, maka dari itu sebagian pasukan tinggal dulu di Sankalia.

Keluarga Zalleire lainnya tinggal di kastel yang berbeda di Parandore, sebuah kastel yang ukurannya hanya separuh Istana Parandore. Kastel ini bernama Mountfoot Fort, letaknya di bawah Mount Gratans, salah satu gunung penjaga. Kastel itu meskipun ukurannya jauh lebih kecil dari Istana Parandore, tapi memiliki sistem pertahanan yang kuat dan lingkungan yang jauh lebih indah dari kawasan manapun di Interleda.

Ada dinding ganda di mana masing-masing dinding mempunyai pintu ganda juga, ada parit lebar dan dalam berisi air yang mengitari seluruh Mountfoot Fort. Dinding-dindingnya cukup tinggi dengan empat menara untuk masing-masing penjuru mata angin. Selain itu keluarga Zalleire yang menghuni Mountfoot Fort juga memiliki ladang sayur dan ladang gandum yang luas. Mereka biasa menyimpan gandum-gandum dalam jumlah yang besar untuk dijual kembali atau digunakan dalam keadaan darurat.

Taman kastel Mountfoot Fort ini bagaikan surga kecil di Parandore. Sumber mata airnya bukan dari Sungai Clavair, tapi dari Sungai Naldore yang membelok ke Pegunungan Attermode. Ada sekitar duapuluhempat jenis bunga di taman kastel, patung raja-ratu terdahulu, dan beberapa hewan langka seperti rusa putih dan ratusan kupu-kupu berwarna emas.

Di Mountfoot Fort tinggal ayah dan ibu Ratu Hileda, serta paman dan bibi yang memilih tinggal di sana bersama anak-anaknya yang belum menikah. Satu pasukan khusus yang berjumlah seratus orang yang disebut Mountfoot Keep, mereka terdiri dari duapuluh pemanah jitu, limapuluh ahli pedang, dan sisanya adalah petarung tangan kosong yang benar-benar kuat dan gesit.

Ada peraturan-peraturan penting di Mountfoot Fort, seperti tidak boleh ada yang keluar masuk kastel kecuali pada minggu terakhir bulan-bulan genap dan kecuali para pengurus ladang. Peraturan ini semata-mata untuk menjaga Mountfoot Fort dari penyusup. Karena di Mountfoot Fort sendiri tinggal orang-orang penting dan berbagai peninggalan bersejarah yang harus dijaga.

Alexa dan Axella hanya pernah sekali ke Mountfoot Fort, saat usia mereka lima tahun, selebihnya kakek dan nenek mereka yang berkunjung ke Istana Parandore dan memberikan nasihat dan saran pada Raja Sanders dan Ratu Hileda. Alexa ingin sekali mengunjungi kastel Mountfoot Fort lagi, tapi ketika waktunya tiba, justru ada saja kesibukan yang harus dilakukannya. Hal itu membuatnya mengurungkan niat untuk berkunjung ke tempat kakek dan nenek, lagipula kakek dan neneknya cukup rutin berkunjung ke Istana Parandore.

*****

Lihat selengkapnya