Waktu terus berlalu, tiba akhirnya pada akhir tahun ke-lima angkatan Alexa dan Axella. Upacara kelulusan dilakukan malam hari dengan sebuah pesta sekolah seperti dansa, penampilan-penampilan yang menghibur dan acara makan-makan. Selama seminggu penuh sebelum acara kelulusan, para siswa-siswi dan guru-guru sibuk berbelanja kesana-kemari, membeli kain-kain terbaik untuk baju pesta, memesan makanan, kue-kue dan minuman manis.
Para guru juga mengadakan rapat untuk mengadakan hiburan. Madam Eunea dan beberapa guru akan mengisi acara tersebut dengan bernyanyi, siswa-siswi di bawah Alexa dan Axella akan mengisi juga dengan tarian-tarian. Acara perpisahan dan upacara kelulusan di Greasculd selalu meriah setiap tahunnya, begitupun seharusnya tahun ini. Semua sudah ditata dan diatur sedemekian rupa untuk memberikan kesan terbaik terakhir Greasculd pada calon-calon lulusannya.
Akhirnya tibalah acara yang ditunggu-tunggu, satu jam sebelum acara dimulai para guru sudah bersiap di dekat gerbang sekolah. Memberikan sentuhan-sentuhan akhir agar acara bisa terlaksana dengan aman dan meriah.
Hadios dan Karnid memakai pakaian serba hitam dengan gemerlap bintang, para murid bahkan berpikir kalau sebenarnya mereka adalah pasangan suami istri. Tapi tak pernah ada murid yang tahu kebenarannya. Mereka berdua bertugas membantu empat murid yang berjaga dan memeriksa undangan para siswa-siswi dan tamu-tamu yang masuk.
“Malam ini tentunya akan sangat menyenangkan…” kata Karnid pada rekan seprofesinya.
“Tentu saja, aku sudah mengecek semuanya sejak sore tadi. Tak ada suatu apapun yang kurang atau tidak pada tempatnya.” sahut Hadios percaya diri dan bersemangat.
"Iya, kau ingat tahun lalu pesta kelulusan berjalan sangat lancar? Para murid yang lulus bahkan memberikan banyak hadiah untuk guru favorit mereka."
"Tentu saja aku ingat. Aku juga mendapat bumerang dengan ukiran emas bertuliskan namaku di sana."
Karnid tersenyum, lalu murung...
“Oh, Hadios… aku selalu berharap yang terbaik untuk sekolah ini, tapi aku terus saja memikirkan tentang gadis itu…”
“Kuharap kau tidak mulai membicarakannya. Ayolah! Ini akan jadi malam yang mengesankan untuk kita, tahun ini juga Alexa dan Axella akan lulus… mungkin sebentar lagi kita akan mendengar pengumuman dari raja atas pernikahan kedua putrinya, akan ada pesta besar di Parandore.”
“Ya… tentu saja.”
“Tersenyumlah Karnid. Kita orang pertama yang akan dilihat tamu-tamu setelah mereka memasuki gerbang.”
“Hahaha… baiklah, baiklah… hentikan tingkah konyolmu!” Karnid tak bisa menahan tawa ketika Hadios mulai menari menggoyang-goyangkan pantatnya.
*****
Di sisi lain.
Saveriaz dan Arken sudah bersiap di aula istana Parandore, menantikan kedua putri yang lama sekali berdandannya. Saveriaz bersandar pada pilar dan Arken mondar-mandir dengan gelisah.
“Lama sekali sih mereka?” tanya Arken.
“Tenang saja, masih ada waktu lebih dari empatpuluh lima menit.” jawab Saveriaz sambil merapikan kemeja abu-abu gelapnya.
“Hmmh… para wanita…” Arken mendesah tidak sabar. Bukannya tidak sabar, Arken gelisah karena akan bertemu dengan Alexa dalam balutan gaun yang indah, bukannya pakaian sehari-hari yang biasa digunakannya bersekolah atau bermain.
Akhirnya Alexa turun lebih dulu, gadis itu mengenakan gaun biru tua yang kainnya ia beli dari Paman Juan, Arken bahkan membantu memilihnya dengan ketat, mereka memilih dari pagi hingga matahari sampai di atas kepala mereka, ia ingin Alexa mendapatkan gaun terbaik dari ayahnya, dan ternyata gaun itu benar-benar cocok untuk Alexa. Paman Juan bahkan sampai menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa Arken lebih rumit dari pelanggannya yang paling sulit.
Alexa menalikan rambut dari kanan kiri wajahnya ke belakang. Rambutnya dijepit dengan pita berwarna senada dengan gaunnya. Gadis itu tersenyum pada dua pria muda yang dari tadi sudah menunggu dia dan saudarinya.
“Di mana Axella?”
“Masih di atas, dia meminta Neaty dan Remelina menggelung rambutnya…”
Saveriaz menutupi wajah dengan satu tangannya sambil bergumam “astaga”, mereka bertiga pun tertawa. Sepuluh menit kemudian Axella turun dengan gaun biru yang lebih muda dari milik Alexa. Axella langsung berjalan menuju Saveriaz dan bertanya,
“Bagaimana penampilanku?” tanyanya manja.
“Cantik, seperti biasanya…” kata Saveriaz.
“Jadi tidak ada yang berubah? Tidak ada yang spesial?” Axella mendesak.
“Kau terlihat lebih bersinar dan dewasa dengan rambut digelung ke atas.” Saveriaz tersenyum dan mempersilakan si kembar berjalan lebih dulu keluar istana.
Mereka berempat menaiki kereta kuda istana yang langsung meluncur menuju Greasculd. Sepanjang perjalanan Axella banyak mengoceh tentang bagaimana ia menggelung rambut, ia menceritakan bagaimana Neaty dan Remelina terlihat bersemangat menata rambut Axella, karena Alexa sudah menolak lebih dulu untuk ditata rambutnya. Dan ia terus bertanya-tanya tentang penampilannya pada Saveriaz yang dengan telaten merespons pernyataan Axella. Sementara Arken lebih banyak diam mengamati Alexa yang tampil lebih cantik malam ini. Alexa menginjak kaki Arken.
“Apa yang kau lihat?” bisik Alexa cukup keras.
“Ah… maaf.” Wajah Arken memerah.
“Wah-wah Arken, kedipkan matamu sesekali, kalau tidak itu akan terasa perih…” timpal Axella.
“Ssshhh… kalian diamlah...” kata Arken, malu.
“Rompimu cocok sekali dengan warna matamu.” puji Alexa.
“Benarkah?”
“Tentu saja… sulaman emas di atas kain coklat memang indah.”
“Ayah yang membuatnya, aku hampir saja menolaknya karena kupikir agak berlebihan.”
“Tidak, tidak berlebihan kok…”
“Kau terlihat sangat tampan malam ini Arken.” sahut Saveriaz, ketiga temannya langsung menoleh padanya.
“Astaga, hentikan itu Save! Kalau kau yang mengatakannya, kesannya jadi mengerikan.” seru Arken yang duduk di sebelahnya.