The Kingdom of Parandore

G. Cha
Chapter #11

Pengakuan Kilat

Ketidakhadiran Bu Prephina di sekolah menimbulkan pertanyaan dan berita yang simpang siur. Ada yang mengatakan Bu Prephina mengundurkan diri, ada yang berpendapat guru itu kabur sambil membawa banyak uang dari Greasculd, bahkan ada yang berani mengatakan Prephina bunuh diri karena ditinggalkan oleh suaminya.

Para siswa yang bertanya-tanya tentang keberadaan Bu Prephina hanya mendapat jawaban dari Nyonya Besar Noquen Lan, bahwa Bu Prephina telah meninggal karena terlalu mabuk dan ia terjatuh dari kudanya saat pulang dari acara kelulusan, itu cukup menyedihkan dan ia berharap murid-murid tidak membahasnya lagi.

Tentu saja para murid yang sangat penasaran tidak bisa menerima begitu saja atau merasa puas dengan jawaban Nyonya Besar Noquen Lan. Kenapa berita kematiannya tidak diumumkan seperti berita kematian yang lain? Tapi beberapa sudah tidak peduli lagi dan melanjutkan kegiatan belajar mereka seperti biasa.

Tepat seminggu setelah kejadian di malam kelulusan itu, Tro mengantarkan Miranda Orin kembali ke Greasculd untuk menemui sang kepala sekolah. Miranda bahkan dengan berani meminta kehadiran Raja Sanders dan Ratu Hileda.

Permintaan itu sempat ditolak oleh kepala sekolah dan para guru, namun Miranda bersikeras bahwa ini adalah urusan hidup dan mati, dan Raja Sanders harus mengetahuinya. Maka dengan berat hati Hadios pun mengirimkan surat pada raja melalui gagak. Miranda diminta untuk duduk di aula tempat Efena dulu disidang, ditemani oleh Tro.

“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan pada mereka Miranda?” tanya Tro dengan polos, dia telah mengagumi gadis itu sejak lama, meski Miranda tidak terlalu peduli.

“Nanti kau juga akan tahu…” Miranda memandang ruangan itu, melihat tiap detail barang dan sudut-sudut ruangannnya.

"Kau tahu? Permintaanmu sungguh aneh, bahkan kau berani meminta kehadiran raja dan ratu. Apakah sebegitu penting?”

“Itu tergantung, Tro… bagi beberapa orang mungkin ini tidaklah penting… tapi bagi beberapa yang lain hal ini sangatlah penting.”

“Aku sangat penasaran…”

Miranda memandangnya dengan tidak sabar, "tunggulah saja sampai mereka semua datang.”

Setelah itu Tro hanya diam sambil menantikan kehadiran raja dan ratu di Greasculd. Miranda hanya pura-pura berani, Tro bisa mengetahuinya. Sebenarnya Miranda Orin takut dengan apa yang akan dikatakannya, maka ia tak ingin mengulang-ulang penjelasannya, oleh karena itu ia meminta orang-orang penting itu untuk hadir, dan ia cukup mengatakannya satu kali.

*****

Tepat tengah hari, rombongan raja sudah datang, para guru melihat dari pintu-pintu dan jendela dengan keheranan, belum semua tahu tentang Miranda Orin. Yang para guru lain tahu adalah Nyonya Besar Noquen memerintah mereka untuk berkumpul, itu saja.

Di barisan paling depan ada Yaesha Flou dengan dua bawahannya, diikuti raja dan ratu, kemudian Alexa, Axella, Arken, dan Saveriaz, dan di belakang mereka ada empat orang penjaga lagi. Sedangkan yang lain menjaga di luar, dekat kereta kuda. Mereka semua dipandu Noquen Lan dan para guru memasuki aula tempat Miranda dan Tro berada. Setelah itu pintu ditutup dan dikunci, dua penjaga dan dua orang guru berdiri di depan pintu itu agar tidak ada orang lain yang berusaha menguping.

Miranda dan Tro berdiri memberikan hormat pada Raja Sanders dan Ratu Hileda. Kemudian mereka semua duduk di kursi-kursi yang telah dipersiapkan.

“Miranda Orin. Kami telah mengundang raja dan ratu kemari, sekarang katakan apa yang ingin kau katakan. Kalau sampai kami menilai ini bukan hal yang serius, aku secara pribadi akan memberimu hukuman.” jelas Nyonya Besar Noquen Lan.

Mata Miranda Orin terlihat nanar mendengar perkataan kepala sekolahnya.

“Tak perlu takut anakku… kami datang ke sini untuk mendengar informasi penting yang ingin kau sampaikan.” kata Ratu Hileda, mencoba mencairkan suasana yang sangat kaku itu.

Miranda Orin memandang orang-orang penting di depannya.

“Aku… akan membuat sebuah pengakuan. Aku ingin kalian semua menjadi saksi.” tiba-tiba saja tubuh Miranda terlihat gemetaran. Jemarinya bergerak tanpa bisa dikendalikan oleh dirinya sendiri, Miranda menelan ludah dan berdeham sedikit.

“Katakanlah…” pinta Ratu Hileda dengan lembut.

“Aku tak sanggup menanggungnya… ini adalah caraku sendiri untuk menebus itu.”

Miranda Orin terlihat sangat menyesal, tapi anehnya dia justru tersenyum dengan tangan yang gemetaran itu. Betapa anehnya.

“Tak sanggup menanggung apa?” tanya Raja Sanders.

"Bahwa aku adalah orang yang mengantarkan Bu Prephina pada kematian. Bahwa aku melakukan kutukan padanya, dan bahwa aku yang telah memulai Kutukan Kematian dengan melakukan kutukan pembuka terhadapnya."

“Miranda… apa yang kau katakan?” cecar Tro.

"Apa maksudmu Nona Miranda?” Nyonya Besar Noquen Lan juga bertanya.

"Malam itu… saat pesta kelulusan, aku memberikan kutukanku pada Bu Prephina. Dia adalah tujuanku setelah kematian sahabatku, Efena Trislac.”

"APA?!!" semua orang tercekat.

“Apa kau sadar atas apa yang kau bicarakan?!” Nyonya Besar Noquen setengah berteriak. Raja Sanders meminta kepala sekolah itu untuk meredam amarahnya.

“Aku sadar sepenuhnya, itulah alasanku memanggil kalian semua. Kutukan Kematian itu sudah dimulai.”

"Miranda… kau berbohong kan?” harap Tro sambil mengguncang tubuh Miranda Orin. Ia tak bisa mempercayai pengakuan Miranda begitu saja.

"Apa menurutmu kata-kataku hanya tipuan Tro? Apa kematian Bu Prephina tidak terasa nyata bagimu?”

Tro terduduk lemas di kursinya. Miranda baru saja mengakui kejahatannya, dan ia sadar hukuman apa yang akan dijatuhkan pada gadis itu. Jika bukan hukuman gantung, maka hukuman yang mungkin diterima Miranda ada kurungan seumur hidup di Rockcave.

Lihat selengkapnya