Rumah pelanggan Tuan Juan tidak jauh dari Greasculd. Hanya sekitar dua menit berkuda ke utara. Pelanggan yang satu ini adalah pelanggan unik yang memiliki selera berbeda dari yang lain, dia selalu memesan kain dengan motif tertentu yang tidak boleh ada duanya. Ia membayar cukup mahal untuk setiap kain yang ia pesan pada Juan Kazavroa. Pelanggan yang satu ini adalah salah guru mereka dulu di Greasculd.
Banyak sekali lukisan dan karya tiga dimensi, berbagai ukuran, berbagai bentuk, berbagai bahan dan berbagai warna. Madam Eunea, guru karya seni, memiliki rambut gimbal kecil-kecil yang rapi, kulit sedikit gelap dan bibir yang seksi. Madam Eunea mempersilakan Arken dan Alexa masuk begitu mereka mau mengetuk pintu yang sudah terbuka. Dengan sedikit ragu-ragu mereka berdua memasuki rumah itu.
“Duduklah...! Tunggu sebentar lagi, aku sedang menyelesaikan laporanku untuk Dorothee...”
“Ya madam...” sahut Arken.
“Ya madam…” Alexa juga menyahut. Orang itu menoleh dan terkejut dengan hadirnya Alexa.
“Ah! Putri… maaf, saya tidak tahu kalau…”
“Tidak apa-apa madam, lanjutkan saja. Saya hanya menemani Arken.” Alexa tersenyum.
Madam Eunea pun kembali sibuk dengan perkamen-perkamennya yang berserakan. Tiba-tiba Alexa ingin sekali menanyakan Blackloz pada Madam Eunea, guru itu memiliki ketertarikan semacam itu terhadap segala sesuatu yang menyangkut mitos Parandore.
“Madam?”
Madam Eunea mendongak, menatap Alexa.
“Ada apa nak?”
“Bolehkah saya tahu, tentang sebuah karya seni...”
“Ya, apa nak Alexa?”
“…”
“Tanyakanlah.”
“Maaf, tidak jadi madam...” Alexa mengurungkan niatnya untuk menanyakan Blackloz. Itu terlalu gila. Bahkan mungkin bisa dianggap pelanggaran, karena orangtuanya saja mengadakan pembicaraan tertutup, jadi ini akan terdengar aneh kalau tiba-tiba ia mencari tahu.
Kening Madam Eunea berkerut curiga, lalu ia kembali menulis lagi. Arken hanya memandang penasaran pada Alexa, tapi ia juga diam. Madam Eunea menggulung perkamennya dengan rapi, mengikatnya dengan tali pendek, dan meletakkannya pada salah satu sudut meja. Kemudian perhatiannya beralih pada Arken.
“Apa kau membawa contoh kain yang dibuat ayahmu?”
“Tentu saja… aku membawa tiga contoh dari apa yang kau inginkan dan satu lagi dari ayah, dia bilang mungkin anda menyukainya.”