The Kingdom of Parandore

G. Cha
Chapter #14

Putra Paman Yaesha

Alexa teringat pada surat dari Claizh yang dititipkan Dasfor siang tadi. Ia segera membuka tasnya, dan membaca tulisan di kertas kecoklatan itu. Tulisan tangan Claizh cukup rapi,

Hai Putri Alexa,

Pertemuan singkat tadi sangat membuatku senang. Ayah sering menceritakan tentangmu padaku. Tentang keramahan dan kecerdasanmu. Maaf kalau aku sangat lancang mengirimimu surat ini. Tapi, bisakah kita sedikit mengobrol? Kalau kau sibuk atau keberatan, kau bisa menolak ajakanku ini putri. Namun jika kau bersedia, aku menunggumu besok sore di taman Lavender dekat Sungai Clavair.

Salam Hangat,

Claizh

Alexa penasaran, Claizh adalah orang yang baru ditemuinya secara langsung, meski ia dulu kadang mencuri pandang padanya. Tapi di sisi lain dia adalah putra Paman Yaesha, dan Paman Yaesha sudah sangat akrab dengannya. Jadi, esoknya ia memutuskan untuk menemui Claizh.

Di hari selanjutnya ketika matahari perlahan meredup, Alexa nampak merapikan baju dan mengenakan tas selempang kulitnya, ia mengenakan sepatu boot yang merupakan kado ulang tahun setahun lalu dari Paman Yaesha. Alexa berpikir mungkin akan menyenangkan menunjukkan sepatu itu pada Claizh, menunjukkan bahwa ia cukup dekat dengan ayahnya dan mungkin ia pun bisa cukup dekat dengan Claizh. Axella yang sedari tadi mengamati saudarinya akhirnya bertanya,

“Mau kemana kau Alexa?” tanya Axella, sambil menyisiri rambut hitamnya yang sedikit berantakan.

“Aku ada perlu sebentar dengan seseorang. Sebenarnya dia orang yang baru kukenal... hanya sebentar kok.”

“Seseorang? Siapa?” Axella yang penasaran menghentikan tangannya yang menyisiri rambut. Perhatiannya fokus pada Alexa.

"Claizh... anak laki-lakinya Paman Yaesha... kau mau ikut?”

“Claizh? Paman Yaesha punya anak laki-laki? Tidak ah, aku ada janji dengan Bibi Flauretta. Kami akan membuat menu spesial malam ini. Jadi... kau tak boleh pulang terlambat, kalau terlambat tak akan kebagian jatah.”

Alexa mengangkat bahu dan tersenyum memandang saudarinya yang centil. Axella memang suka memasak. Dia sering membantu Bibi Flauretta, kepala dapur, dan membuat menu yang aneh-aneh.

Meski kadang beberapa masakan Axella tidak dapat dimakan. Biasanya cenderung hitam, keras, asin, dan pedas yang tak punya aturan, rasa-rasa yang tidak mampu memberikan kenikmatan pada lidah yang begitu sensitif.

"Tapi, tidak apa-apa kau keluar sendiri?”

“Tenang saja. Aku akan jalan kaki lewat pintu samping dekat kandang kuda, kau tidak akan melaporkan pada ayah kan?”

"Tentu, tapi kau harus pulang tepat waktu.”

"Baiklah. Asalkan kau tidak membuat gosong masakanmu, hehehe.”

"Kau!!!”

"Aku pergi dulu.” Alexa bergegas dan meninggalkan Axella yang cemberut mendengar kata gosong.

"Jangan terlambat pulang!” ujarnya sekali lagi.

 "Oke.”

 *****

Taman Lavender dekat Sungai Clavair tidak begitu jauh dari kerajaan. Alexa memilih berjalan kaki dan menikmati suasana senja di negerinya. Biasanya untuk berpergian, ia akan menaiki Rosepell, kuda putih kesayangannya. Kuda itu diberikan oleh ibunya pada dirinya saat ia berusia tujuh tahun.

Alexa belajar berkuda dari ayahnya. Pernah beberapa kali ia jatuh saat menaiki Rosepell, tapi hal itu tidak membuatnya menangis. Bibi Flauretta mengatakan bahwa kuda itu terlalu besar untuk Alexa, dan Alexa menjawab, “Tidak… bukan salah kudanya. Aku memang masih kecil, tapi ketika aku sudah besar nanti, aku akan menaklukan Rosepell.”

Alexa keluar dari pintu samping istana yang tidak dijaga oleh prajurit melainkan oleh pengurus kuda, pengurus kuda itu sudah hafal dengan keinginan keras si kembar jika mau menyelinap. Kadang si penjaga kuda juga was-was jika terjadi sesuatu dengan kedua putri, tapi ia juga tak bisa menolak mereka.

Alexa berjalan melewati perumahan-perumahan elit di Kota Interleda. Dinding-dinding tinggi dan bertingkat dengan batu pilihan yang berkualitas, penerangan-penerangan dengan desain cantik di kanan-kiri jalan, taman-taman kecil tertata rapi di depan rumah, benar-benar lingkungan yang bersih dan rapi.

Kemudian ia mengambil jalan pintas di tikungan besar, ia berjalan di antara rumah-rumah sederhana Pickarian, sebutan untuk para pemetik buah. Beberapa kelompok orang yang berasal dari Attermode pindah ke Interleda dan mulai membuka lahan di pinggiran kota. Tentu saja harga buah yang dijual di Interleda sedikit lebih mahal dari yang dijual di Attermode, tapi kebanyakan orang kota Interleda lebih memilih membayar dengan harga yang lebih tinggi daripada jauh-jauh pergi ke Attermode.

Jalannya tidak semulus kawasan elit yang kebanyakan adalah milik bangsawan negeri. Tapi jalan berbatu yang kasar itu justru membuat Alexa senang. Kadang-kadang ia berjumpa dengan Pickarian yang sedang memetik apel, dan memberinya beberapa buah apel segar, meski Alexa lebih sering menolaknya dengan halus. Setelah melewati perumahan para pemetik buah, akhirnya Alexa tiba di taman bunga yang sangat indah, dan sesosok pria jangkung berambut panjang telah menantinya. Pria itu duduk membelakangi Alexa.

"Hai, Claizh...” sapa Alexa.

Sosok pria itu menoleh, tersenyum melihat Alexa yang berdiri tak jauh di belakangnya. Tangannya melambai ringan mengajak Alexa duduk di sampingnya. Sedikit ragu Alexa melangkah, dan duduk di sebelah kanannya.

“Terima kasih sudah berkenan datang putri.”

“Claizh, jangan memangilku putri. Panggil saja Alexa.”

Lihat selengkapnya