Menjelang malam, semua makanan telah dipersiapkan di ruang perjamuan keluarga. Bibi Flauretta dan bawahannya hilir mudik merapikan dan membawakan makanan serta minuman, mereka juga menyediakan buah-buah yang masih segar, baru dikirim ke istana beberapa menit sebelum Alexa diantar Claizh pulang.
Ada sebuah meja kayu yang panjang dengan ukiran-ukiran di dalam ruang perjamuan itu. Kursi-kursi indah dan kokoh mengelilingnya, di pojok-pojok ruangan terdapat lilin yang menyala-nyala, dan tepat di atas meja makan ada lampu gantung dari kristal hadiah dari pangeran Rockaress yang terdahulu, kemungkinan adalah kakak dari Ayah Pangeran Saveriaz. Juga sebuah lukisan berukuran besar Raja Sanders dan Ratu Hileda terpajang indah berlawanan dengan pintu masuk.
"Dimana ayah dan ibu?” tanya Alexa yang sudah duduk terlebih dahulu.
"Sebentar lagi juga akan datang, tunggulah Alexa...” sahut saudarinya.
“Aku bertanya-tanya, ada perihal apa ayah dan ibu bersedia makan dengan kita malam ini?”
“Aku juga tidak tahu. Tapi aku akan menceritakan banyak hal nanti…”
“Memang kau mau cerita tentang apa?”
“Hmmh, kita kan sudah lulus… jadi…”
“Jadi?” Alexa menyelidik.
“Yah, mungkin tentang perjodohan itu, kau tahu kan?”
“Ah, ya. Apa kau berminat dengan perjodohan itu? Seandainya ayah dan ibu memintaku mungkin aku akan menolak…”
“Aku masih berpikir tentu saja. Tapi... nah itu mereka.” Axella buru-buru diam saat raja dan ratu hadir di ruang perjamuan.
Alexa dan Axella berdiri dan menganggukkan kepala sebagai tanda hormat. Raja dan ratu tersenyum lalu duduk di kursi mereka yang bersebelahan.
“Hari ini kedua putriku tampak menawan sekali.” Ratu memuji kedua putrinya. Alexa dan Axella tersenyum kecil. Duduk tegak di kursi makan mereka. Baik Alexa maupun Axella ingin menunjukkan keanggunannya pada sang ayah dan ibu.
"Baiklah, mari kita berdoa sebelum menikmati hidangan ini karena Pencipta masih bersedia memberikan kenikmatanNya pada kita. Alexa, pimpinlah doa!” perintah Raja Sanders.
“Baik ayah.”
Makan malam itu terasa hening namun hangat, dulu Ratu Hileda selalu mengingatkan kedua putrinya bahwa mereka tidak boleh mengobrol sebelum makanan utama mereka habis. Alexa dan Axella selalu mengingat itu, meski mereka kadang tak menurutinya.
Makan malam hari ini adalah daging sapi panggang dengan sup sayur. Daging sapi yang dipilih merupakan daging sapi spesial dari Sankalia, yang mempunyai tanaman khusus untuk makanan hewan-hewan ternak mereka. Sapi-sapi ini berukuran lebih besar dari sapi-sapi kebanyakan, dan tentunya sapi-sapi ini dijual dengan harga yang lebih tinggi pula.
Tidak semua rakyat Parandore bisa mencicipi dan menikmati daging sapi ini, kecuali mungkin saat ulang tahun Alexa dan Axella dimana raja dan ratu menyediakan daging-daging sapi pilihan ini untuk dibagi-bagikan pada masyarakat Parandore.
Mereka menyantap makanan dengan tenang, hanya ada pisau, garpu, dan piring yang berdentang dalam keheningan suara manusia. Usai mereka menghabiskan makanan, Ratu Hileda mengeluarkan sebuah kotak kaca yang di dalamnya terdapat dua buah kalung indah. Rantainya hanya perak sederhana, tapi liontinnya berupa berlian putih dengan semburat biru di dalamnya, dan di kanan-kiri liontin itu ada batu yang lebih kecil dan berwarna biru tua senada dengan warna mata si kembar. Ratu memberikan kalung kembar itu pada Alexa dan Axella.
"Apa ini bu?” tanya Alexa, karena hari ini bukanlah hari ulang tahun mereka berdua, dan tidak ada kejadian istimewa dari waktu dekat ini, ayah dan ibu mereka juga tidak dari perjalanan jauh.
"Terimalah, ini adalah kalung yang dibuat secara khusus untuk kalian berdua...”
“Tapi, dalam rangka apa?” Alexa masih penasaran.