The Kingdom of Parandore

G. Cha
Chapter #17

Penculikan

Pertama-tama mereka harus menemui Swad Wood, penjaga perpustakaan besar yang berada di Desa Lerontaqia. Mereka kenal cukup baik dengan Swad karena dulu ketika masih sekolah, Swad datang tiap minggu ke Greasculd untuk meminjamkan dan mencatat buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah.

Kadang ia terlihat bersama Nyonya Besar Noquen, memperbincangkan buku-buku mana yang layak berada di sekolah dan mana yang tidak. Kadang pula pasangan penjaga perpustakaan dan kepala sekolah itu memarahi murid yang mengembalikan buku terlambat atau terlihat ada cacat dan rusak. Menceramahi mereka tentang betapa penting, berharga, dan sulitnya mendapatkan buku-buku itu.

Dengan naik kuda kerajaan bisa menghemat waktu setengah hari perjalanan. Alexa menyerahkan Sierre pada Axella, Choo pada Saveriaz dan Knight pada Arken, ia mengambil kuda kesayangannya, Rosepell. Mereka berempat menuntun kuda masing-masing keluar kandang, angin dingin langsung menerpa wajah mereka begitu keluar dari sana. Alexa menarik napasnya yang terasa berat.

“Jadi, kita akan ke Lerontaqia meminta peta hutan pada Swad Wood. Dan kurasa kita bisa menunggu di perpustakaannya hingga pagi benar-benar tiba. Meskipun kuda-kuda ini kuda-kuda tangguh tapi mereka jarang menempuh jarak jauh, jadi kita mungkin akan beristirahat di beberapa titik nanti.” papar Saveriaz.

“Baiklah. Apa ada hal lain yang kita perlukan?” tanya Alexa pada Arken dan Saveriaz.

“Kurasa tidak ada.”

“Kita berangkat sekarang?” tanya Axella. Dan semua mengangguk.

Dari luar kandang, Alexa memandang bagian atas kastel, di dalam sebuah ruangan yang api penerangannya masih menyala, menembus jendela yang buram berembun, ayahnya berdiri balik memandangnya. Tampak kesedihan mendalam terpancar dari sorot mata tuanya. Alexa berusaha tersenyum dan membungkuk, diikuti yang lainnya. Dalam hatinya ia berharap keadaan akan membaik dan mereka bisa segera berkumpul kembali.

Raja masih menyalahkan diri atas kepergian istri dan putri-putrinya. Tapi ia juga terus berusaha memikirkan langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya, maka ia pun berunding dengan Yaesha dan penasehat istana. Biar bagaimanapun, ia masih seorang raja dan punya kerajaan untuk dipimpin.

*****

Alexa dan lainnya menaiki kuda yang berjalan pelan saat melewati penjaga-penjaga dan gerbang istana menuju Desa Lerontaqia. Malam semakin dingin dan berkabut. Saveriaz memimpin rombongan, Alexa dan Axella berkuda beriringan di belakang Saveriaz, sedangkan Arken berjaga di belakang. Di luar gerbang mereka mulai memacu kuda masing-masing dengan cepat. Untungnya memang kuda-kuda kerajaan larinya lebih cepat dari kuda manapun di Parandore.

Mereka memilih jalur utara pegunungan di Desa Attermode. Desa Attermode adalah kawasan tempat tinggal para Pickarian, pemetik buah, dan disana juga pusat dari kegiatan industri pakaian dan makanan. Arken aslinya adalah warga Attermode, tapi karena harus memikirkan kemajuan dalam berdagang, akhirnya keluarganya diboyong ke Interleda. Tinggal dan menetap disana.

Pegunungan di Desa Attermode merupakan rute yang tidak sering dipakai. Banyak yang beranggapan bahwa jalur ini berbahaya dan angker, meski sebenarnya daerah ini memiliki pemandangan yang luar biasa indah. Lingkungannya masih asri, belum banyak terjamah orang. Bahkan kadang kau bisa menemui tanaman atau hewan yang belum pernah kau lihat sebelumnya.

Pickarian Attermode kadang bersahabat dengan Fairtrees, para peri pohon yang biasanya tinggal di pohon-pohon apel. Mereka sangat membantu Pickarian untuk menyingkirkan atau lebih tepatnya memindahkan ulat-ulat ke salah satu buah apel saja. Sehingga mereka dapat memanen apel sehat lebih banyak.

Wujud Fairtrees sangat indah, tinggi mereka hanya sejengkal telapak tangan orang dewasa, tubuh mereka berwarna coklat muda dan kuning yang berpendar, mereka memiliki telinga yang runcing, pakaian mereka biasanya dari daun-daun yang masih muda dan berwarna hijau cerah. Sayap mereka berumbai-rumbai transparan.

Para Fairtrees hanya muncul menjelang gelap dan menjelang pagi. Selebihnya mereka akan bersembunyi di rimbunnya daun-daun pohon apel. Sayangnya sampai detik ini, Alexa dan Axella belum pernah sekalipun menjumpai para Fairtrees ini. Sedangkan Arken, dia mengatakan pernah melihat Fairtrees dua kali, dan mereka memang seindah apa yang diceritakan oleh Pickarian.

Makanan utama Fairtrees adalah biji apel, para Pickarian senantiasa menyisakan biji apel agar tidak terbuang ke tempat sampah kalau mereka memakannya. Dulu mereka keheranan, kenapa Fairtrees tidak memakan apelnya saja, dan karena tidak mengerti komunikasi peri itu, akhirnya mereka menyimpulkan bahwa makhluk-makhluk lain selain manusia memang mempunyai selera makanan yang aneh-aneh.

*****

Bulan sabit yang temaram mengiringi perjalanan mereka menuju Lerontaqia. Angin dingin menampar-nampar wajah mereka berempat, membuat mereka cepat merindukan kamar dengan selimut hangat di rumah. Lewat tengah malam,tepatnya sekitar jam setengah dua dini hari, mereka memperlambat laju kuda di perbatasan Attermode dan tanah Lerontaqia. Sepasang gerbang berbentuk dua pilar dengan batu hijau besar di atasnya menjadi pembatas wilayah.

“Kita istirahat sebentar di sini!” teriak Saveriaz saat dia menemukan pohon yang kanan kirinya cukup lapang untuk mereka dan kuda-kuda.

“Baiklah.”

Mereka turun dari kuda masing-masing dan mengawasi kegelapan di balik pohon-pohon, siapapun bisa mengawasi mereka dari balik kegelapan.

“Bolehkah aku bertanya? Kenapa kita tak melewati desa saja? Kan lebih dekat... Kenapa justru melewati tempat sepi seperti ini?” tanya Axella.

“Nona Axella, saat ini kita berusaha menghindari warga desa. Karena mungkin di antara mereka ada pengkhianat.” jelas Arken. Saveriaz mengiyakan penjelasan sahabatnya.

“Menurutmu tempat ini aman?”

“Tidak. Tapi mungkin lebih aman dari jalur desa.” kata Saveriaz.

Lihat selengkapnya