The Kingdom of Parandore

G. Cha
Chapter #18

Bertemu Penjaga Perpustakaan

Mereka bertiga melanjutkan perjalanan dari perbatasan Attermode dan tanah luas Lerontaqia. Perjalanannya tak semenyenangkan tadi. Walau tadi memang sudah tak menyenangkan, tapi yang ini lebih tidak menyenangkan. Sepanjang perjalanan Alexa hanya diam, mengutuki dirinya sendiri karena tak bisa melindungi saudarinya. Tapi Saveriaz dan Arken jelas merasa paling bersalah, tugas mereka adalah melindungi kedua putri itu. Arken mengumpat lagi, pelan.

Beberapa menit sebelum subuh, mereka sampai di Perpustakaan Besar Lerontaqia, masih tampak lampu kekuningan menyala di beberapa ruangan. Tapi keadaan desa sangat sepi, para penduduk masih lelap dalam tidur mereka. Yang terdengar hanya desiran angin dan suara burung serta hewan malam yang mencari makan.

Alexa turun dari Rosepell dengan tergesa, menarik lonceng berkarat di sisi kanan sebuah pintu kayu tua. Arken dan Saveriaz menalikan kuda di tempat yang sudah disediakan, kemudian berdiri di samping Alexa. Tidak ada respon dari lonceng yang dibunyikan Alexa. Mereka menunggu di depan pintu selama beberapa detik yang dirasa sangat lama.

“Tuan Swad!” Suara Alexa agak tinggi, ia sadar kalau hari masih sangat pagi, tapi ini keadaan yang sangat mendesak.

Alexa menarik lonceng lagi, sedikit tidak sabar. Akhirnya terdengar langkah kaki dari dalam, terdengar sedikit berlari.

Cklek, cklek…

Perlahan pintu terbuka. Seorang lelaki dewasa berdiri di balik pintu, rambut merahnya tampak berantakan dan lebih merah lagi dangan cahaya kuning dari dalam, ia mengusap wajahnya dengan malas-malasan, ia juga masih menguap.

“Siapa kau?” tanya Alexa spontan, karena tahu itu bukanlah Swad Wood Tua yang ia kenal sebagai penjaga perpustakaan.

“Kau sendiri?” lelaki itu balik bertanya.

“Aku…”

“Putri? Apakah kau Putri Alexa? Ah! Maafkan aku, silakan masuk... silakan masuk.” Tiba-tiba ia tersadar dengan sosok gadis di hadapannya.

Arken, Saveriaz, dan Alexa saling pandang, tapi tetap menurut saja untuk masuk ke dalam ruang besar penuh jajaran dan tumpukkan buku dan meja-meja. Mereka hampir tidak bisa melihat dinding bata dari ruangan itu, semua tertutup oleh rak-rak buku, dan buku-buku berdebu dengan berbagai ukuran. Lantai kayunya berdecit setiap kelompok manusia itu melangkah, bangunan ini sudah sangat tua. Lebih tua dari kastil Greasculd. Mungkin dengan sedikit angin yang kencang, bangunan ini akan roboh. Tapi… sepertinya tidak, buktinya hingga saat ini Perpustakaan Lerontaqia masih berdiri.

“Sebelumnya maaf atas ketidaksopanan saya. Perkenalkan, saya Willy Wood, cucu dari Swad Wood.”

Willy mempersilakan ketiga tamunya untuk duduk di kursi-kursi kayu yang terlihat reyot tapi ternyata masih kokoh. Aroma apak buku dan kayu tua memenuhi seisi ruangan.

“Ada keperluan apa malam-malam begini Tuan Putri?”

“Bisakah kami bertemu Swad Wood?”

“Kakek sedang istirahat. Tapi saya akan memanggilkannya... kalian tunggulah di sini.”

Willy berbalik dan berlari kecil menaiki tangga yang juga kelihatan sudah rapuh dan hampir roboh, tapi nampaknya tangga kayu itu masih kuat menahan beban tubuh Willy Wood.

Arken dan Saveriaz duduk di kursi panjang, membolak-balik buku-buku di depannya. Alexa masih berdiri dan mondar-mandir gelisah. Tak berapa lama kemudian, Swad Wood dituntun Willy turun dari tangga tua.

Swad Wood adalah orang yang sangat tua dengan setelan kecoklatan yang rapi. Wajahnya terlihat seperti orang tua sadis yang tak akan membiarkan siapapun mengganggunya ataupun menyentuh koleksinya, tapi sebenarnya ia adalah seseorang yang cukup ramah.

Dari kacamata berdebunya, Swad Wood melihat tamu yang ada di tempat tinggalnya di Perpustakaan Besar, “Putri Alexa... Pangeran Saveriaz, dan... Arken-Kazavroa, putra pedagang kain berkualitas paling terkenal, Juan Kazavroa...” Swad Wood tersenyum, “Willy, tolong ambilkan minuman.”

Willy membantu kakeknya duduk dan masuk lagi di salah satu pintu dekat tangga.

“Tuan Swad, sebenarnya kami ke sini untuk meminta peta Hutan Wanzoo.” kata Alexa dengan lugas.

Lihat selengkapnya